Teringat pertemuanku dengan Sang Waktu beberapa waktu yang lalu. Di malam yang hening, angin bagaikan berhenti, air nyaris tak beriak. Ku pandang langit yang terlihat cerah. Bintang-bintang seakan tersenyum sambil mengucapkan selamat malam kepadaku.
Di bawah cahaya bulan yang bersinar terang, mataku menangkap sesosok wanita cantik di kejauhan. Sesosok wanita tinggi semampai yang mengenakan pakaian khas kerajaan dan mengenakan mahkota kecil dikepalanya itu, kulihat berdiri anggun di kejauhan, sambil tersenyum terus menatap kearahku.
Kubalas senyuman wanita cantik bertubuh molek yang mengenakan kemben itu. Kain batik berwarna hijau daun yang membalut tubuh moleknya itu terlihat begitu pas sekali di padan dengan perhiasan dan selendang berwarna hijau daun di bahunya.
Sejenak aku terdiam, menatap wanita cantik yang kulihat sudah sangat dewasa, namun masih memancarkan aura kecantikan dan pesona yang luar biasa itu. Entah kenapa, tiba-tiba “rasa” ku tak terkendali melihat wanita cantik bertubuh molek yang mengenakan kemben di depan itu. Saat ini, aku bahkan sudah tidak perduli lagi dengan semua keadaan di sekelilingku, saat ini aku betul–betul menginginkan-nya.
Tanpa sadar, kakiku melangkah mendekat kearahnya, belum seberapa jauh aku melangkah. Nun jauh di atas sana. Kulihat, seberkas Cahaya putih keperakan turun ke Bumi, dimalam yang hening, angin bagaikan berhenti, air nyaris tak beriak.
Saat itu, aku melihat cahaya putih keperakan yang muncul dari balik bintang itu berubah wujud menjadi sesosok manusia yang tiba-tiba saja sudah berdiri menghadang langkahku. Kutatap seraut wajah dingin, datar dan tanpa rasa yang sedang menatap tajam ke arahku itu.
“Siapa engkau?“ tanyaku pada seseorang yang kulihat mengenakan jubah panjang berwarna putih keperakan di depanku ini.
“Aku adalah Sang Waktu.” jawabnya datar tanpa tanpa ekspresi.
Sambil melihat ke arah wanita cantik bertubuh molek yang mengenakan kemben berwarna hijau daun di depan itu. Tiba-tiba Sang Waktu berbisik di telingaku.
“Belum waktunya engkau bersama wanita itu “ kata Sang waktu , lalu kembali melanjutkan ucapannya.
“Lihat lah orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Tidakkah engkau mendengar? Suara serak, dan tangis saudaramu akibat ulah segelintir saudaramu yang lainnya, yang kini sedang mabuk kepayang, hingga memutuskan akal sehat mereka, karena begitu ingin memilikinya?”