“Abang titip dia, tolong jaga dan rawat dia baik-baik, abang tau diam-diam dia sebenarnya telah jatuh hati kepadamu.” Kata pria berbadan gelap itu sambil tersenyum iklas menatapku, sebelum tubuhnya berubah menjadi bayangan lalu menghilang tanpa bekas bersama nenek tua yang terkenal karena memiliki sembilan orang suami di kampung nya itu.
Wanita berkulit hitam manis itu menatap sayu ke arahku, lalu menatap wajah wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya yang saat ini sedang di peluknya itu, dan tanpa terasa butiran air matanya kembali menetes di kedua pipinya.
Wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu seperti bisa menyelami perasaan wanita berkulit hitam manis yang saat ini sedang menangis di bahunya itu. Dan tiba-tiba saja dia membisikan sesuatu ke telinga wanita berkulit manis yang membuat wanita berkulit manis itu tiba-tiba saja memeluk erat tubuhnya. Entah apa yang yang di bisikan wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu kepada wanita berkulit hitam manis barusan, tiba-tiba saja dua wanita cantik itu sama-sama tersenyum manis melihat ke arahku.
Aku garuk-garuk kepala melihat wanita yang tadi terlihat begitu sedih itu tiba-tiba tersenyum, lalu dua wanita cantik yang sepertinya sedang bahagia itu tiba-tiba berjalan mendekat ke arahku, kudengar suara wanita berkulit hitam manis itu berkata; “Saya bersedia Ratu..” katanya seraya tersenyum manis ke arahku.
Untuk versi lengkapnya ada di sini
Selesai
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan
Selanjutnya; Aku dan Sang Waktu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H