Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pohon Kehidupan

21 Juli 2018   21:53 Diperbarui: 4 Februari 2019   16:00 2321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan bisa di pastikan jika dia ikut mengantri seperti kami tadi, bisa jadi setelah kami siap makan dan hendak pulang mungkin dia baru datang dengan membawa sepiring nasi dari dapur sana, karena memang begitu ramai dan panjang antriannya di tempat ini.

Dokpri
Dokpri
Selesai makan siang. Kami pindah ke luar, sekalian gantian dan memberi tempat pada pengunjung lainnya yang baru datang. Kami pindah ke area depan yang terbuka dan menurut Pak Mario teduh ini adalah area yang paling laris untuk menikmati menu makan siang di warung ini.

Udaranya cukup sejuk dengan pandangan mata lebih terbuka luas. Karena bisa menikmati segelas kopi sambil menikmati hamparan sawah dan pegunungan.

“Pohon bisa tumbuh menjadi besar dan kuat di awali dari biji. Yang kemudian tumbuh berakar kuat di tanah, hingga akhirnya tumbuh rindang dengan cabang-cabangnya. Pohon tumbuh besar dan menjadi kuat karena dimulai dari bawah, yaitu akar. Karena sebenarnya akarlah sumber kekuatan dari pohon agar tetap bisa tegak berdiri,” kata pak Mario teduh ini memulai obrolan sesi kedua di Waroeng Klotok ini. Sesi satu tadi di dalam mobil selama perjalanan menuju kemari.

“Sebuah organisasi atau perusahaan itu saya analogikan seperti sebatang pohon. Bila menginginkan sebuah organisasi atau perusahaan yang solid mulailah perkuat akarnya. Akar seperti yang saya bilang itu adalah salah satu organ-organ penunjang kelangsungan hidup. Akar perusahaan atau organisasi adalah sumber daya manusianya.

Ketika sumber daya manusia dianggap penting sebagai organ-organ di dalam satu organisasi atau perusahaan. Saya yakin pasti akan membuat organisasi atau perusahaan itu mampu tumbuh menjadi kekuatan. Dan akhirnya akan memberi manfaat bagi orang lain di sekelilingnya,”

Aku diam mendengarkan penjelasannya barusan sambil menyeruput segelas Kopi Klotok di depanku. Temanku yang datang belakangan itu melihat ke arah kami. Seperti nya dia masih belum begitu paham kemana arah pebicaraan ini. Karena memang ini adalah lanjutan cerita dari dalam mobil tadi.

Temanku yang dari Kalimantan, sedikit mengulang ringkasan pembicaraan kami selama di dalam mobil kemari sambil senyum-senyum, mungkin dia sedikit geli dengan situasi ini, begitupun kami semua, setelah tadi di awal perkenalan kami merasa seperti sedang berada di hadapan penyidik, sekarang kami malah seperti sedang berada di depan Mario Teguh. Makanya temanku itu menyebutnya pak Mario Teduh, karena katanya kata-katanya begitu teduh dan enak di dengar. He..he..

Pak Mario Teduh kembali melanjutkan, “Tetapi yang terjadi saat ini adalah, organisasi atau perusahaan jarang mau menggunakan atau memahami filosofi pohon ini. Kalau pun mereka memahami dan tahu, kebanyakan mereka tidak mau menerapkannya.”

Dia berhenti sejenak. Karena handphone-nya berbunyi, sepertinya dari salah satu pelanggannya. Kami berlima ditambah dengan beliau jadi berenam. Enam orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda duduk bersama sambil ngopi di Waroeng Kopi Klotok membicakan filosofi pohon kehidupan menurutku adalah hal yang menarik.

Pak Mario Teduh kembali melanjutkan bicaranya. Sepertinya dia lebih tertarik menemani kami ngobrol disini dari pada menerima orderan salah satu pelanggannya barusan, sedari tadi kuhitung setidaknya sudah ada empat kali handphone-nya itu berbunyi. Kulihat jam di pergelangan tanganku, jika kuhitung dari tadi mulai kami berangkat setidaknya beliau sudah tiga jam lebih menemani kami disini. Sedikit iseng aku bertanya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun