Bagian Lima
*
“Kakak akan lakukan apapun untuk kesembuhan kakak.” Kata perempuan berkulit hitam manis ini sambil menatap tajam kedua mataku. “Baik, jika memang itu yang abang inginkan, kakak akan membicarakan dengan suami kakak, dan kakak yakin dia pasti bersedia melakukan-nya demi kesembuhan kakak.” Katanya lagi sambil berusaha menahan tangisnya, lalu beranjak dari sampingku, hendak menuju kekamar tidurnya.
Jika mengikuti nafsu binatang yang ada di dalam diriku saat ini, jujur saja saat ini aku begitu menginginkannya, mana ada kucing yang menolak di kasih ikan asin. Kataku lagi sambil tersenyum dan berusaha mencandainya. Hanya saja aku tau, cara mengobati kakak tidak segampang itu. Kataku lagi sambil menangkap tangannya.
“Itu kan hanya alasan abang saja! sebenarnya abang merasa jijik denganku kan?” Todongnya lagi sambil menatap tajam ke arahku, nada suaranya begitu kecewa terhadapku.
Ku masukan jariku yang tadi sempat di genggamnya kedalam mulutku sendiri, sambil mencium ujung jariku, kutatap kedua bola matanya. Aku menyukai aroma dan rasanya, hanya saja aku tau tidak segampang itu cara mengobati kakak. Kataku masih berusaha meyakinkannya bahwa aku tidak mau melakukannya saat ini karena merasa jijik dengannya.
Wanita berkulit hitam manis itu berhenti, tersenyum lebar menatapku, wajahnya memerah, lalu bergerak cepat menghampiriku, dan langsung memeluk erat tubuhku. Melumat bibirku penuh nafsu, kubalas lumatan bibirnya.
“Jadi abang mau mengobati kakak? ”Tanyanya lagi, masih dengan nafas sedikit memburu, sambil melepaskan lumatannya ke bibirku.
Iya, tapi ada satu syarat yang harus kakak penuhi, dan itu pun harus atas persetujuan dari suami kakak terlebih dahulu, karena itu adalah satu-satu-nya jalan untuk memutuskan ikatan ghaib makluk yang telah di tanamkan oleh dukun itu di kemaluan kakak dulu. Jawabku sambil tersenyum menatap kedua bola matanya.
“Apa syaratnya bang?” Katanya lagi, sambil tersenyum menatapku. Penikahan. Jawabku.
“Apa?” Tanyanya, sedikit kaget dan kurang paham dengan perkataanku barusan, bagaimana mungkin dia akan menikahi lelaki muda di depannya ini? Sementara dia adalah seorang wanita yang hingga detik ini masih bersatus sebagai istri yang sah dari seorang lelaki yang saat ini masih tertidur pulas di dalam kamarnya itu.
Ikatan dari makluk yang di tanamkan di dalam kemaluan kakak itu, cuma bisa di putuskan dengan ikatan juga. Jawabku lagi. Sepertinya dia masih bingung dengan ucapanku barusan.
Saat ini kakak masih terikat oleh perjanjian ghaib yang dilakukan oleh dukun dan mahluk itu tanpa sepengetahuan kakak dulu, Dulu tanpa sepengatahuan kakak, ketika kakak menyanggupi persyaratan yang diminta oleh dukun itu, sebenarnya saat itu kakak sedang menyanggupi dan bersedia jika mahluk itu menjadi pendamping hidup kakak. Di hadapan penghuni alam ghaib yang berada di langit dan di bumi, semenjak saat itu kakak telah sah menjadi istri dari mahluk yang saat ini bersemayam di dalam kemaluan kakak itu.
Kakak dan mahluk itu terikat oleh tali pernikahan ghaib, tali penghubung antara alam tidak sadar dengan alam kesadaran saat ini. Kakak sadar dulu kakak telah menerima kehadirannya di dalam kehidupan kakak, tapi di sisi lain kakak juga tidak menyadari bahwa selain suami kakak yang saat ini lagi tertidur pulas di kamarnya, kakak juga adalah istri yang sah dari mahluk ghaib itu.
Dan jika tali atau ikatan ghaib itu diputus begitu saja maka hanya ada dua kemungkinan yang terjadi. Yang pertama adalah, setelah tali itu di buka atau di putuskan, maka kakak akan ikut terbawa ke alamnya, alam yang terletak di antara alam kehidupan dan alam kematian. Suatu alam lain, bukan alam akhirat juga bukan alam seperti dunia kita ini. Alam yang tidak tampak dengan mata biasa, tidak juga dengan pandangan mata batin. Ia hanya bisa terbuka oleh rasa. Suatu alam yang di mana setan dan manusia bisa hidup, melihat dan berbicara antara satu dengan yang lainnya.
Alam lain yang berisi orang-orang yang sudah meninggal dunia menurut pandangan orang-orang yang masih tinggal di dunia ini, tapi sebenarnya mereka belum sampai ke hadapan Tuhan YME. penghuni alam ini masih harus menunggu hingga kiamat dunia ini tiba, sebelum akhirnya mereka semua akan di hisab setelah hari yang di janjikan itu tiba.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Hisab merupakan kiraan bagi setiap amalan manusia semasa didunia sama ada baik atau buruk, daripada sebesar-besar amalan hinggalah kepada yang kecil.
Sedangkan yang kedua adalah kakak menjadi gila, karena walau tubuh kakak masih tetap ada dan berada di sini tapi tubuh kakak akan berhenti, diam tidak bergerak, karena sudah terputus dengan jaringan rumit ke alam rasa dan fikiran tadi. Tubuh kakak tak ubahnya seperti handphone yang tidak ada kartu Sim di dalamnya.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Kartu SIM , adalah sirkuit terpadu yang dimaksudkan untuk menyimpan nomor identitas pelanggan seluler internasional (IMSI) secara aman dan kunci terkaitnya, yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengautentikasi pelanggan pada perangkat telepon seluler (seperti telepon seluler dan komputer ). Anda juga dapat menyimpan informasi kontak pada banyak kartu SIM. Kartu SIM selalu digunakan pada telepon GSM ; untuk ponsel CDMA , mereka hanya diperlukan untuk handset LTE yang lebih baru. Kartu SIM juga dapat digunakan di telepon satelit , komputer, atau kamera.
Dan pernikahan yang akan kita lakukan nanti, semata-mata adalah untuk menggantikan tali pengikat rasa atau sim card yang sudah di buang tadi. Sehingga kakak masih bisa tetap menjangkau server canggih ciptaan Tuhan itu. Begitu sulit dan panjang sekali jika harus ku jelaskan saat ini. Tentang alam rasa, suatu alam yang yang berada di antara hati dan fikiran Manusia. Tuhan Maha sempurna dengan segala ciptaan-nya telah menciptakan suatu alam yang sangat canggih dan luar biasa ajaib-nya, lebih canggih dari server web yang kita kenal belakangan ini.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Server web atau peladen web dapat merujuk baik pada perangkat keras ataupun perangkat lunak yang menyediakan layanan akses kepada pengguna melalui protokol komunikasi HTTP atau HTTPS atas berkas-berkas yang terdapat pada suatu situs web dalam layanan ke pengguna dengan menggunakan aplikasi tertentu seperti peramban web.
Suatu alam yang di dalamnya berisi semua ingatan manusia, baik yang sudah berupa ingatan maupun yang masih menjadi hayalan dan harapan setiap manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, suatu alam yang terhubung ke masa lalu, masa kini dan masa depan. Di mana alam itu bisa di jangkau oleh semua fikiran anak manusia.
Dan syaratnya cuma satu, bersediakah kakak dan suami kakak, jika kakak ku nikahi? Pernikahan batin yang akan menguras energi dan rasa kakak dan semua orang-orang yang mengikuti ritual itu nantinya. Kataku lagi sambil menatap kedua matanya, dia cuma diam, menatap mataku dalam-dalam, seperti masih tidak percaya dengan semua yang ku ucapankan barusan.
“Kakak akan lakukan apapun itu, asalkan itu memang itu bisa menyembuhkan kakak!” Jawabnya begitu yakin, lalu dalam sekejab berubah seperti ragu, dengan rasa setengah bimbang dia melanjutkan ucapannya.
“Cuma kakak ragu, apa suami kakak akan mau melakukan itu, sebab setau kakak dia begitu mencintai kakak, dan dia tidak akan mungkin mau menceraikan kakak begitu saja, apa lagi membiarkan kakak menikah dengan pria lain, sebab kalau dia mau, pasti sudah dari awal pernikan kami dulu, setelah dia tau kalau dia tidak bisa menyentuh kakak, tapi kakak tau dia bahkan rela melihat kakak di setubuhi pria lain asalkan kakak masih tetap menjadi miliknya” Katanya setengah berbisik di telingaku. Ada rasa kuatir dalam nada suaranya barusan.
Cuma pernikahan ghaib itu jalan satu-satu untuk mengobati kakak, seperti yang ku jelaskan tadi ibarat sebuah hand phone, begitu “sim card” nya ku cabut maka kakak akan diam, tidak lagi bisa terhubung ke jaringan rasa yang sangat rumit itu, pernikahan yang akan kita lakukan nanti itu seperti ibaratnya aku mencabut sim card lama kakak yang berasal dari dukun itu, setelah itu aku menggangtinya dengan sim card baru, agar hand phone itu masih tetap bisa terhubung ke jaringan rasa seperti yang ku jelaskan tadi. Kataku serius.
Dan harus suami kakak yang menjadi saksi kakak di pernikahan itu nanti. Kataku lagi. Tiba-tiba dia menangis sesegukan. Begitu mustahil rasanya meminta suami yang dia tau begitu takut kehilangan dirinya itu untuk meminta dia menceraikan dirinya, apalagi suaminya pula yang nanti harus menjadi saksi nikah bagi dirinya untuk menikah dengan pria muda di depannya ini. Berarti memang sakitnya itu tidak bisa di obati, karena rasanya begitu mustahil baginya untuk mengutarakan niatnya itu kepada suaminya nanti, lelaki mana yang sanggup menceraikan istri yang begitu di cintainya itu, lalu menjadi saksi pula bagi istrinya tersebut menikah dengan pria lain.
Kutatap mata sembabnya, kulumat bibirnya untuk meredakan semua kerisauan di dalam hatinya, setelah tangisnya mereda, kubisikan di telinganya. Yang di butuhkan saat ini adalah keiklasan darinya. Keiklasannya itulah mata pedang yang sanggup untuk memutuskan tali pengikat yang di buat oleh siluman dan dukun yang dulu memasang susuk di kemaluan kakak. Apapun nanti yang akan kita lakukan adalah semata-mata upaya untuk mengharapkan keridhoan dari dari Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia adalah pemilik rasa, rasa sayang dan rasa benci adalah miliknya, begitupun rasa nikmat dan rasa sakit yang kakak rasakan selama ini, itu semua adalah miliknya, kembalikan semua rasa itu kepada pemiliknya. Kita pasrahkan semua kepadanya.
Baik dan buruk adalah ciptaannya. Ada siang, juga ada malam. Ada cinta juga ada kebencian yang tertanam di dalam setiap hati anak manusia, kita kembalikan semua rasa itu kepadanya, yakinlah. Jika Tuhan berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin baginya. Dia adalah pemilik rasa dan Dia mampu membolak-balikan semua rasa yang ada di dalam diri anak manusia sesuai kehendaknya. Semua yang berada di diatas muka bumi ini Dia ciptakan berpasangan, ada penyakit tentu juga ada penyembuhnya, karena memang hanya Dia sang pencipta yang Tunggal, tidak berpasangan, dia tidak beranak dan tidak pula di Peranakan. Jawabku pelan setengah berbisik di telinganya.
“Jika memang itu adalah satu-satunya jalan menuju kesembuhan kakak, nikahi kakak bang!” Jawabnya pelan, sambil menatap kedua mataku dalam-dalam. Bagaiman jika suami kakak tidak bersedia melakukan nya nanti? Tanya ku lagi berusaha menguji keyakinannya.
“Kakak akan meminta dia menceraikan kakak.”Jawabnya yakin, sambil memeluk erat tubuhku.
Bagaimana dengan perjuangan yang sudah kakak dan suami kakak lakukan selama empat tahun belakangan ini? Semuanya akan sia-sia begitu saja, jika pada akhirnya rumah tangga kakak harus bubar di tengah jalan, sementara kakak dan suami kakak sudah berusaha melakukan semuanya, bahkan yang di larang agama pun kakak lakukan demi untuk mendpatkan kesembuhan yang kakak ingin kan itu. Tanyaku lagi, sambil tersenyum simpul menatap wajah bimbang wanita berkulit hitam manis di depanku ini. Setelah terlihat bimbang sejenak mendengar ucapanku barusan, cepat-cepat dia berusaha menyingkirkan semua rasa bimbang yang sempat datang menghampirinya tadi.
“Kakak sadar apa yang kami lakukan selama ini salah! kami sudah menghalalkan segala cara dengan maksud untuk mempertahan rumah tangga kami, bahkan hal-hal yang di larang oleh agama pun kami lakukan juga. Tapi kakak sadar, semua itu hanya makin membuat kami semakin terjerumus kedalam kubangan dosa, kakak ingin mengakhiri semua ini, kakak ingin bertobat, kakak sadar rasa cinta dan sayang itu tidak bisa di paksakan. Begitupun kebahagiaan dalam berumah tangga, cuma bisa di dapat dari keiklasan kita untuk menerima kelebihan dan kekurangan pasangan kita masing-masing.” Katanya lagi, sambil menatapku yang tersenyum melihat sifatnya yang berubah-ubah. Terkadang dia begitu yakin dengan apa yang akan di lakukannya, namun sesaat itu juga dia akan kembali ragu dengan apa yang akan diputuskannya itu.
“Ajari kakak bang, bimbing kakak ke jalan yang benar, kakak ingin kebahagiaan dunia akhirat yang di ridhoi oleh Tuhan.” Katanya lagi, sambil membenamkan wajahnya ke dadaku, memeluk erat tubuhku, ku angkat dagunya, kuhapus sisa air mata dipipinya, sambil tersenyum kutatatap wajah yang mulai keliatan sedikit cerah, ada setitik harapan di matanya, setitik harapan untuk mengakhiri semua penderitaan yang telah begitu lama dia rasakan sebelumnya.
Sekarang apapun keputusan suami kakak nanti, kakak serahkan semuanya pada Tuhan sang pemilik rasa. Nanti kakak ceritakan semuanya pada suami kakak. Kataku lagi sambil berusaha meyakinkan untuk membuang semua keraguan di dalam hatinya, aku ingat bahwa Tuhan itu tidak akan mungkin memberi beban dan cobaan kepada seorang hambanya hingga di luar batas kemampuan yang sanggup di pikulnya.
“Tapi abang harus janji mengobati kakak, apapun keputusan nya nanti!” Tuntutnya sambil menatap kedua mataku dalam-dalam, seperti meminta kepastian dari ku. ya, aku janji. Kataku pelan, sambil tersenyum menatap wajahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H