Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wanita di Penghujung Malam

18 Juni 2018   21:21 Diperbarui: 11 Desember 2018   18:27 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Satu

*

KETIKA hendak keluar dari kamar mandi, aku kaget karena melihat ada wanita berkulit hitam manis di depan pintu, tidak mengenakan kerudung seperti siang tadi. Tapi hanya mengenakan pakaian tidur yang begitu tipis, hingga di keremangan cahaya lampu kamar mandi, saat ini aku dapat melihat dengan jelas bentuk dan lekuk tubuh wanita berkulit hitam manis yang tidak memakai pakaian dalam itu.

Dia tersenyum manis, dan langsung masuk kedalam kamar mandi begitu saja tanpa menungguku keluar terlebih dulu, begitu terburu-buru dan hampir saja menabrakku, lalu tanpa basa-basi dia langsung saja jongkok dan menaikan daster yang dikenakannya begitu saja tanpa menutup pintu kamar mandi terlebih dahulu. Takut mendatangkan fitnah, aku cepat-cepat berlalu dari hadapan nya. Entah kenapa wanita berkulit hitam manis yang tadi siang kulihat begitu santun di hadapanku itu, malam ini seperti-nya sengaja hendak memancing naluri kelelakian ku.

Aku berjalan cepat meninggalkan kamar mandi, langsung menuju ke kamar tidurku, meninggalkan Wanita berkulit hitam manis yang sepertinya sedang tersenyum geli karena melihatku sempat bengong melihatnya tadi. Dan sepertinya dia tidak begitu memperdulikan tatapanku yang tadi tanpa sengaja sempat melihat dengan jelas bentuk ‘kemaluan’nya itu.

Bengong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah termenung (terdiam) seperti orang yang kehilangan akal karena heran, sedih dll.

ENTAH kenapa aku bisa bermimpi dengan wanita berkulit hitam manis yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu, terjaga di tengah malam seperti ini, membuatku sedikit kesulitan untuk memejamkan kedua mataku kembali. Kulihat jam di dinding kamar masih menunjukan pukul 02:00 WIB, dini hari.

Kuambil air putih di atas meja, lalu ku tuangkan ke dalam gelas. Setelah meminum air putih, ku ambil sebatang rokok, ku selipkan kebibir, lalu ku bakar. Sambil menghembuskan asap Rokok,mataku ‘menyapu’ kesekeliling ruang kamar tempat aku menginap malam ini. Sambil menatap Tas Ransel ku yang sedikit basah dan teronggok di sudut kamar. Aku ingat kejadian siang tadi hingga percakapanku menjelang sore tadi.

Siang tadi, awalnya langit begitu cerah, Di antara hamparan tanaman kelapa sawit yang menghijau, tiba-tiba awan menghitam, lalu hujan turun dengan derasnya. Aku berlari menuju kesalah satu rumah Makan yang ada di pinggir jalan lintas ini. Setelah masuk ke dalam Rumah Makan, segera  kupesan segelas kopi susu pada seorang wanita paruh baya yang datang menghampiri.

Wanita berkulit hitam manis dengan wajah sedikit pucat tanpa riasan make up itu kuperkirakan berusia sekitar 35 tahun. Di balik kerudung panjang berwarna hitam yang menutup hingga ke dadanya itu, kulihat dia memakai setelan kaos lengan panjang di padu dengan Rok panjang yang juga berwarna hitam.

“Mau kemana bang?” tanya wanita berkulit hitam manis ini sambil meletakan segelas kopi susu di hadapanku. Mau ke Teluk Meranti. Jawabku sambil menyeruput kopi susu.” Oo, mau lihat Ombak Bono?” Tanya nya lagi sambil melihat ke arah Tas Ransel ku yang sedikit basah terkena air hujan barusan. Iya. Jawabku, sambil tersenyum menatap ke arahnya.

Bono adalah gelombang atau ombak yang terjadi di muara Sungai Kampar, Kabupaten pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia. Ombak Bono sungai Kampar merupakan fenomena alam akibat adanya pertemuan arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat pasang.

Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan, di mana debit air sungai Kampar cukup besar, yaitu sekitar bulan November dan Desember. Masyarakat sekitar memiliki cerita dongeng yang istimewa terkait dengan ombak Bono tersebut. Menurut cerita masyarakat melayu lama, ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi kuala Kampar.

Berapa jauh lagi dari sini kak? Tanya ku lagi, sambil melihat seorang Pria berusia sekitar 47 Tahun yang kulihat baru saja masuk ke dalam warung dan langsung menuju ke arah Dapur. Pakaian nya terlihat basah kuyup. Sepertinya, Pria itu sudah tidak begitu asing lagi dengan suasana di dalam Rumah Makan ini. “Kalau soal jarak tempuh kesana kakak kurang tau, Abang yang tau, dia sering kesana, kalau nggak lagi musim hujan kayak ini biasanya tiga jam sudah sampai.” Jawabnya lagi sambil menunjuk ke arah Pria yang barusan masuk ke dalam dapur.

KOPI SUSU sudah habis dua gelas, nasi sudah sepiring kupindahkan dari dalam Piring ke dalam perutku, tapi hujan masih juga belum ada tanda-tanda akan berhenti. Lelaki berbadan gelap, suami kedua wanita berkulit hitam manis itu menawarkanku untuk menginap, dan menempati salah satu Kamar Kosong di sudut Ruang Makan milik mereka.

Aku tau kalau lelaki berbadan gelap di depanku ini adalah suami kedua wanita berkulit hitam manis itu karena memang wanita berkulit hitam manis itu sendiri yang tadi mengatakannya padaku. Di bekas tempat duduk yang tadi di duduki oleh wanita berkulit hitam manis itu, lelaki berbadan gelap ini bercerita padaku. Sebelum menikah dengan wanita berkulit hitam manis itu. Dulunya dia juga Karyawan Perusahaan yang bekerja di tempat yang sama dengan Suami Wanita berkulit hitam manis itu bekerja.

Menurutnya, kejadian lima tahun yang lalu itu masih membekas kuat di dalam ingatan nya hingga hari ini. Di mana dia dan beberapa karyawan lain nya melihat dengan mata kepala sendiri. Almarhum suami wanita berkulit hitam manis itu di terkam oleh seekor Harimau ketika sedang melakukan pendataan Tanaman Kelapa Sawit di areal perkebunan di PT tempatnya bekerja saat itu.

Setelah kejadian itu, wanita berkulit hitam manis yang saat itu bekerja mengelola kantin di perusaha an tempatnya bekerja saat itu memutuskan untuk berhenti kerja dan memilih untuk pulang ke kampung halamannya.

Jodoh, Maut dan Rezeki memang sudah di atur sama Tuhan, lelaki berbadan gelap yang sudah berstatus duda ketika wanita berkulit hitam manis itu dulu masih mengelola kantin di Perusahaan tempatnya bekerja dulu. Ada sedikit rasa suka kala itu, tapi mengingat status Wanita berkulit hitam manis itu adalah istri dari teman sepekerjaannya sendiri, maka lelaki berbadan gelap ini cuma bisa memendam semua rasa sukanya itu di dalam hati.

Lelaki berbadan gelap ini bukanlah tipe Pria hidung belang yang suka mengganggu istri orang, walaupun sebenarnya diam-diam dia dulu sangat menyukai wanita berkulit hitam manis yang selalu mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu, tapi menurutnya  tadi, dia tidak berani macam-macam dengan nya kala itu. Padahal waktu itu dia memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk menggodanya. Walaupun dia tau jika Suami wanita berkulit hitam manis yang selalu mengenakan kerudung panjang warna hitam itu bukan lah seorang suami yang baik bagi wanita berkulit hitam manis yang memiliki tubuh molek itu.

Dulu, suami wanita berkulit hitam manis yang selalu mengenakan kerudung panjang warna hitam itu sempat ketahuan main gila dengan salah seorang karyawan wanita yang sudah bersuami di perkebunan kelapa sawit tempatnya bekerja itu. Untung saja, semua keributan kala itu bisa di selesaikan secara kekeluargaan tanpa harus melibatkan pihak kepolisian.

Dan pertemuan nya empat tahun yang lalu seperti kembali mengobarkan bibit-bibit asmara yang dulu pernah ada. Walau sudah bersatus janda, Wanita berkulit hitam manis itu tidak langsung menerima begitu saja pinangannya kala itu. Seiring waktu yang berjalan, karena lelaki berbadan gelap ini begitu gigih untuk mendapatkannya. Lambat laun akhirnya wanita berkulit hitam manis itu membuka pintu hatinya kepada mantan teman sepekerjaan almarhum suaminya dulu.

DAN HARI INI, adalah hari di mana empat tahun yang lalu janda manis satu anak itu di nikahinya. Menurut lelaki berbadan gelap didepanku ini, dulu dia langsung memutuskan untuk berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja, lalu dengan bekal tabungan selama bekerja di perusahaan itu, dia bersama wanita berkulit hitam manis ini membuka rumah makan di pinggir jalan ini. Menurutnya, sudah empat tahun lamanya mereka menikah, namun hingga kini belum juga di karunia anak. Lelaki berbadan gelap ini meneruskan ceritanya padaku sambil ngopi selepas makan malam tadi. Katanya dia sudah berusaha untuk berobat kesana kemari, agar bisa memiliki keturunan dari wanita berkulit hitam manis itu, tapi sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda yang membuahkan hasil.

Cukup lama kami mengobrol. Aku ingat tadi kami mulai membuka obrolan tentang tanaman kelapa Sawit, yang menurutnya, tanaman kelapa sawit ini adalah salah satu produk unggulan Indonesia yang sudah di kenal luas di dunia internasional, hingga masalah rumah tangga mereka. Dan karena hujan tak juga kunjung reda, akhirnya dia menawarkanku untuk menginap malam ini di salah satu Kamar Kosong di sudut ruang makannya ini.

Selanjutnya >>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun