***
AKU TERSENTAK, terbangun oleh suara petir yang tadi berbunyi keras sekali, kulihat Bono masih tertidur pulas di sampingku, aku tidak tau pukul berapa saat ini, karena memang aku tidak melihat ada jam di rumah ini. Cukup aneh juga menurutku, sepertinya mereka memang tidak terlalu perduli dengan waktu. Saat ini, aku merasa berada di dunia lain yang belum tersentuh oleh Waktu.
Di luar Rumah Panggung ini masih terdengar suara hujan, walau tak sederas sore tadi. Tapi sepertinya hari masih gelap. Aku beranjak bangkit, ku buka pintu kamar, sepi. Ku tatap pintu kamar kosong, tidak ada cahaya lampu dari dalam kamar yang terkunci. Tidak ada wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun seperti yang tadi kulihat di dalam mimpiku tadi. Sepertinya, wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun dan Dita masih tertidur pulas di dalam kamarnya masing-masing.
Aku berjalan menuju dapur, mengambil kendi, menuangkan air ke dalam gelas, lalu meneguknya sampai habis. Selanjutnya, aku berjalan menuju ruang tamu tempat kami ngobrol berempat malam tadi. Ku ambil sebatang rokok, ku selipkan di bibir, kubakar, kuhisap perlahan. Lalu ku hembuskan asapnya pelan-pelan.
Cukup lama aku sendirian di ruang tamu ini, terjaga di tengah malam seperti ini membuatku kesulitan untuk memejamkan kedua mataku kembali. Ku matikan rokok yang belum habis kuhisap, lalu ku masukan “puntung”nya ke dalam asbak. Aku berjalan menuju kamar Bono, ku perhatikan Bono masih tertidur pulas seperti tadi, ku rebahkan tubuh ku di samping kasur tipis yang di tiduri Bono.
Bersambung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI