Bagian Tiga
Di lintasan Harimau Sumatera
SAMPAN adalah sebuah perahu kayu yang memiliki dasar relative datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang di gunakan sebagai alat transportasi sungai dan danau atau menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut 2 - 8 orang, tergantung ukuran sampan. Sampan adakalanyamemiliki atap kecil dan dapat di gunakan sebagai tempat tinggal permanen di perairan dekat daratan. Sampan tidak di gunakan untuk berlayar jauh dari daratan, karena jenis perahu ini tidak memiliki perlengkapan untuk menghadapi cuaca yang buruk.
Dan menurut orang Dusun, daerah ini adalah perlintasan satwa liar, kususnya Harimau Sumatera. Harimau sumatera adalah subspecies harimau terkecil, Harimau sumatera mempunyai warna paling gelap di antara semua subspecies harimau lainnya, pola hitam berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet.
Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala ke kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg.
Belang harimau sumatera lebih tipis dari subspecies harimau lain. Warna kulit harimau sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah–merahan hingga jingga tua. Subspecies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai di bandingkan subspecies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkan menjelajahi rimba.
Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau di ketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
”Emak dan anak – anak berteman dengan mereka semua bang..” jawab wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini tenang, sambil tersenyum menatap lurus kedua mataku. Sepertinya dia memang sengaja menggodaku. Di matanya, aku terlihat takut-takut menatap kedua matanya, namun tak jarang, tanpa sengaja dia memergoki aku sedang mencuri-curi pandang ke arahnya.
“Tadi kata Bono, emak sering di mintai tolong sama orang Dusun untuk mengobati orang sakit, dan ada pas ada orang yang mau melahirkan anak. Kalau jaraknya saja dari sini sekitar setengah hari, gimana cara emak kesana dan gimana cara orang Dusun menghubungi emak disini? sebab seingatku tadi, pas mau menuju kemari, menyeberang sungai saja sampai lima kali ganti sampan.”tanyaku.
“ Besok abang akan tau sendiri, kan abang mau pergi ke Dusun itu ” jawab nya kalem.
Duh.. Aku benar-benar mati kutu di hadapan wanita berumur yang masih menyimpan sisa-sisa kecantikan masa mudanya ini. Kulirik Bono yang mulai berbaring meluruskan pinggang di sampingku, mungkin dia kelelahan siap berburu rusa siang tadi. Kuambil kopi, dan;
Sruput, Ehm…Memang kopi ini beda, dengan kopi yang biasa kuminum.
”Ini kopi apa mak..?” tanyaku penasaran. “Besok aku mau cari kopi jenis ini" kataku lagi. ”Itu kopi hasil kebun sendiri bang..” jawabnya singkat.
Aku makin penasaran dengan penghuni rumah panggung di tengah kebun karet ini, ternyata selain menanam karet mereka juga menanam kopi disini. Aku memang pernah membaca , bahwa karet bisa di tumpang sarikan dengan kopi, sebagai mana halnya tumpang sari antara kelapa dengan kopi. Sifat kopi sendiri merupakan tanaman yang perlu naungan, kanopi pohon tidak terlalu tinggi, sementara karet merupakan pohon yang memerlukan pencahayaan penuh, yang batangnya pun tinggi, hingga tumpang sari kopi dengan karet sangat padu.
"Kalau sudah ngantuk istirahat saja di kamar bono bang, emak pun mau istirahat." kata wanita berkerudung bergo panjang merah marun ini sambil beranjak dari tempat duduknya, di ikuti oleh Dita dari belakang.
“Iya mak.” jawabku sambil mematikan puntung rokok di asbak, sekilas mataku melirik ke arah punggung wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun yang menghilang masuk kedalam kamarnya.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H