Duh.. Aku benar-benar mati kutu di hadapan wanita berumur yang masih menyimpan sisa-sisa kecantikan masa mudanya ini. Kulirik Bono yang mulai berbaring meluruskan pinggang di sampingku, mungkin dia kelelahan siap berburu rusa siang tadi. Kuambil kopi, dan;
Sruput, Ehm…Memang kopi ini beda, dengan kopi yang biasa kuminum.
”Ini kopi apa mak..?” tanyaku penasaran. “Besok aku mau cari kopi jenis ini" kataku lagi. ”Itu kopi hasil kebun sendiri bang..” jawabnya singkat.
Aku makin penasaran dengan penghuni rumah panggung di tengah kebun karet ini, ternyata selain menanam karet mereka juga menanam kopi disini. Aku memang pernah membaca , bahwa karet bisa di tumpang sarikan dengan kopi, sebagai mana halnya tumpang sari antara kelapa dengan kopi. Sifat kopi sendiri merupakan tanaman yang perlu naungan, kanopi pohon tidak terlalu tinggi, sementara karet merupakan pohon yang memerlukan pencahayaan penuh, yang batangnya pun tinggi, hingga tumpang sari kopi dengan karet sangat padu.
"Kalau sudah ngantuk istirahat saja di kamar bono bang, emak pun mau istirahat." kata wanita berkerudung bergo panjang merah marun ini sambil beranjak dari tempat duduknya, di ikuti oleh Dita dari belakang.
“Iya mak.” jawabku sambil mematikan puntung rokok di asbak, sekilas mataku melirik ke arah punggung wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun yang menghilang masuk kedalam kamarnya.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H