Mohon tunggu...
MoRis Hong Kong
MoRis Hong Kong Mohon Tunggu... lainnya -

Migran. Pernah tinggal dan bekerja bersama kaum migrant di Melbourne. Sekarang tinggal dan bekerja di Hong Kong. Pernah mengajar di salah satu SMA di Malang, Jawa Timur. Penggemar kuliner nusantara. Penikmat kopi hitam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat kepada Bapak Masinton Pasaribu

25 Mei 2016   13:36 Diperbarui: 25 Mei 2016   13:49 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bapak Masinton Pasaribu yang terhormat.

Maafkan saya, saya tidak menyebutkan gelar, Bapak. Saya tidak tahu persis dan saya rasa tidak terlalu penting, yang penting saya menyebut Bapak sebagai 'yang terhormat'.

Saya adalah warga negara Indonesia yang tinggal di Hong Kong. Kita pernah bersua ketika Bapak melakukan kampanye di Hong Kong. Pada waktu itu teman-teman di Hong Kong mengadakan debat calon legislatif, Bapak adalah salah satu kandidat yang hadir, dan Bapak yang berhasil melenggang menuju senayan. 

Saya masih ingat bagaimana cara Anda berkampanye waktu itu. Anda melakukan tekhnik berjualan yang efektif yaitu menjual nama Bapak Jokowi. Anda paham benar bahwa banyak warga di Hong Kong mengidolakan Bapak Jokowi, bukan PDI-P. Sebagai kader PDI-P bapak tidak cukup kalau hanya menjual nama partai. Apalagi di Hong Kong sudah berdiri kelompok pendukung Bapak Jokowi, misalnya Bara JP.

Dalam kampanye atau debat tersebut, penampilan Bapak sebenarnya mengecewakan. Pertanyaannya apa, jawabannya apa, nggak nyambung. Bersyukur bahwa banyak relawan Bapak Jokowi yang berhasil Anda tarik simpatinya dengan menjual nama Bapak Jokowi. Dalam kesempatan itu Anda tidak menawarkan apa-apa, tidak ada pemikiran yang akan membuat kami memilih Anda, selain karena Anda berjualan nama Bapak Jokowi. Sudahlah! Itu memang cara berjualan dan Anda berhasil.

Setelah kampaye tersebut, kami para panitia berkumpul dan mengevaluasi. Kami berencana untuk mengundang lagi salah satu dari para kandidat yang berhasil lolos ke Senayan. Mengundang kembali untuk menagih janji. Ternyata yang lolos adalah Anda. Dan kami sepertinya sudah kehilangan harapan. Karena Anda mewakili dapil luar negeri, sebenarnya kami menaruh harapan cukup besar kepada Anda, tetapi harapan itu kami kubur sajalah.

Pertama, selama duduk sebagai lesgislator, kami tidak melihat Anda bekerja demi kepentingan rakyat yang lebih luas. Yang kami dengar adalah usaha Anda menjegal pemerintahan. Melalui pansus-pansus yang merecoki kerja presiden dan bersikap seolah-olah Anda itu oposisinya presiden. Padahal dulu Anda menjual nama Bapak Jokowi agar terpilih. Kemudian muncullah kasus pemukulan. Saya tidak tahu siapa yang benar. Tetapi kasus itu ada. Entah bagaimana ceritanya. Bagi kami, kasus itu sudah cukup memberi gambaran yang jelas mengenai karakter Bapak. Dan yang terakhir Bapak juga meributkan soal otoritas dan independensi presiden dalam memilih para wakilnya dan mereka yang bekerja mendukung presiden, termasuk kapolri. 

Kedua, kami tidak atau mungkin belum merasakan kinerja Bapak berimbas pada kami yang bekerja di luar negeri, yang pada waktu kampanye Anda mintai suaranya. Mungkin memang benar apa yang dikatakan ketua panitia waktu itu, para legislator itu hanya mengingat kami, konstituennya, ketika menjelang pemilu. Setelah itu yang dipikirkan adalah kekuasaan semata. Bahkan Bapak juga belum pernah menyapa kami.

Dua alasan itu sudah cukup bagi kami untuk menaruh harapan pada Bapak untuk memperjuangkan nasib konstituen. Demikian surat saya, mohon maaf kalau Bapak tidak berkenan. 

Oh iya, kalau suatu saat nanti tiba-tiba Bapak teringat akan konstituen yang ada di Hong Kong, mampirlah ke mari, Bapak. Saya sanggup kalau hanya mentraktir Bapak makan mie. Karena kalau mentraktir yang lebih mahal saya tidak sanggup. Saya tahu kok mie yang halal yang bagus buat kesehatan jiwa dan badan. Atau saya antar mengunjungi tempat-tempat yang biasanya tidak dikunjungi oleh para turis, yaitu perkampungan di mana banyak orang Indonesianya. Mereka jumlahnya ribuan dan statusnya 'pengungsi'. Mereka tidak bekerja di Hong Kong, mereka memilih menjadi pengungsi di sini. Saya pikir ada baiknya Bapak menengok mereka, bukankah salah satu tugas wakil rakyat adalah mengunjungi rakyat yang diwakili? Karena Bapak mewakili kami yang berada di luar negeri, maka sudah selayaknya kalau kami brharap Bapak juga mengunjungi kami.

Terakhir, ini sungguh terakhir, saya mendoakan agar Bapak senantiasa diberi kesehatan dan kebijaksanaan sehingga bisa menjalankan segala tugas dengan baik dan benar.

salam

Waris

Warga Indonesia di Hong Kong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun