[caption id="attachment_99427" align="aligncenter" width="500" caption="Sebagian dari teman-teman yang kemarin menghabiskan minggu sore bersama-sama dengan berburu photo."][/caption]
Menghabiskan minggu sore bersama teman-teman sangatlah menyenangkan. Demikian juga dengan kami. Sehabis mengikuti Ekaristi di gereja St. Francise di tengah kota Melbourne, saya bersama 15-an anak-anak muda mengisi sore itu dengan berburu foto bersama.
Seminggu sebelumnya saya mengkontak beberapa teman yang suka dengan potret memotret untuk jalan bareng sehabis misa. Tawaran saya bersambut baik. Agar perjalanan cukup jelas dan ada tujuan yang pasti, kami merencanakan untuk memotret wajah. Karena menurut beberapa kawan yang sudah lebih berpengalaman, memotret wajah itu sulit.
Jalan bareng untuk berburu foto atau biasa dikenal dengan hunting bareng, bagi saya adalah kesempatan untuk belajar dengan mereka yang sudah berpengalaman dalam dunia jepret menjepret. Jam terbang sangat berpengaruh. Teori yang didapat dari bangku kursus atau sekolah tidak akan berfungsi banyak kalau tidak dibarengi dengan praktik lapangan yang memadai. Sering mencoba akan makin memahirkan kemampuan. Demikian nasihat beberapa teman ketika saya bertanya mengenai tips memotret yang baik.
Dunia potret-memotret adalah sesuatu yang baru sama sekali yang saya masuki. Banyak waktu luang, ada banyak tempat indah, ada banyak peristiwa menarik; adalah pemicu awal di mana saya mulai menggemari photographi. Ada alasan lain yang membuat saya makin terpikat dengan dunia pengabadi peristiwa dalam gambar ini, yaitu membuat saya makin peka dengan lingkungan. Mata, telinga, juga rasa saya makin diasah untuk menangkap peristiwa yang hadir dan mengabadikannya. Terlebih dari itu saya dirangsang untuk menemukan makna di dalamnya.
Setiap peristiwa yang terekam abadi dalam gambar memberi makna yang berbeda. Hal itu perlahan-lahan makin memperkaya saya. Tentu saja bukan memperkaya secara materi, namun memperkaya perbendaharaan peristiwa yang masuk dalam hidup saya. Kalau dulu saya terlalu sibuk dengan diri sendiri dan hampir tidak peduli dengan orang-orang di luar saya, saat ini saya semakin peka untuk melihat situasi sesama. Melihat kebutuhannya dan menemukan banyak hal luar biasa di sana.
Bisa menghasilkan photo yang bagus tentu sangat menyenangkan. Menurut kawan-kawan yang telah lama menggeluti dunia photographi pun, tidak mungkin menghasilkan foto yang bagus dalam setiap jepretan. Bahkan dalam perburuan satu hari mungkin hanya didapati 10 buah photo yang bagus, dan mungkin hanya 3-5 buah photo yang sungguh bagus, atau bahkan hanya ada 1 saja photo yang sungguh bagus. Padahal photo yang didapat ada lebih dari 100 photo.
Menyadari hal itu saya menjadi berbesar hati kalau mendapati photo-photo yang saya hasilkan tidak selalu bagus. Namun bukan itu yang menjadi titik berat saya. Konsentrasi saya adalah menangkap peristiwa, dan menemukan pesan di dalamnya. Kemudian membagikan makna yang terkandung di dalamnya kepada banyak kawan, termasuk kepada para kompasioners.
Kawan, seperti yang dinasihatkan banyak teman saya di atas, jam terbang mempengaruhi kemampuan. Saya berpikir bahwa dalam setiap hal dalam hidup kita, jam terbang akan memberi pengaruh yang besar. Kebaikan, kebijaksanaan, sifat murah hati, mudah memaafkan; hanya akan muncul kalau sering dilatih. Teori saja tanpa dipraktikkan tidak akan membuahkan hasil yang baik. Sebaliknya, terus menerus melakukan sesuatu yang baik akan menggoreskan satu teori dalam hati.
Selamat beraktivitas Kawan, semoga sepanjang minggu ini kalian semua belajar banyak mengenai sesuatu yang baik dalam hidup. Tentu akan makin bermakna kalau disharingkan.
Salam,
Melbourne, 22-03-10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H