Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Dadaku Mana Dadamu

7 Januari 2010   22:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah ungkapan yang menyatakan kebanggaan akan milik sendiri. Hal ini bisa berarti sangat luas, mulai dari budaya, kepribadian, alam, dll. Kebanggaan itu ternyata tidak muncul begitu saja. Apalagi kebanggaan yang dibarengi dengan rasa cinta yang mendalam.

Ketika saya baru tiba di Melbourne, seorang teman mengatakan bahwa saya mesti memiliki klub sepak bola pujaan. Saya katakan bahwa saya belum tahu sepak bola Australia, yang saya tahu klub sepak bola di Indonesia atau Eropa. Kemudian teman saya berujar "lupakan sepak bola dunia, ini Australia, kamu harus tahu Australia."

Kemudian baru saya tahu bahwa ketika orang Australia bicara football, yang dimaksud tidak sama dengan sepak bola di Indonesia. Australian Football adalah sepak bola ala Australia. Mereka sangat bangga dan menanamkan kebanggaan itu sejak dini, mulai dari bangku sekolah.

Satu hari dalam seminggu para siswa mesti mengenakan seragam football, atau footy dalam ungkapan mereka. Itu hanya salah satu hal kecil yang dilakukan untuk menanamkan kebanggaan dan kecintaan. tentu saja dibarengi dengan usaha melatih, hingga berkembang menjadi pemain yang bagus. Warga pun sangat bangga dengan footy ini, saat musim pertandingan berlangsung, Maret-September, setiap pembicaraan tidak akan lepas darifooty. Di kantor, di Cafe, di dalam tram/train, berita di koran, hanya diisi footy.

Secara jujur saya tidak mampu melihat sesuatu yang bagus, yang menghibur, yang menyenangkan dari permainan footy mereka. Toh mereka bangga, dan mengatakan, "Ini milik kami dan hanya milik kami, mana milikmu, mana kebanggaanmu?"

Saya ingin menjawab kalau kami memiliki bulu tangkis. Tapi niatan itu saya urungkan, karena pemain kita mulai sering kalah, atau bahkan kesulitan untuk menang. Saya sama sekali tidak berani menjawab sepak bola, karena emang tidak ada prestasinya.

Hingga ada pertandingan Indonesia -Oman yang menghibur. Bukan karena pemain menyuguhkan permainan menawan, tetapi aksi Hendri yang membanggakan. Dia penonton yang sangat mencintai sepak bola tentunya. Dia bangga dengan tim nasional kita, tetapi begitu kecewa dengan permainannya, hingga dia nekat turun ke lapangan mengajari para pemain pilihan itu bermain bola.

Ini dadaku mana dadamu? Sebuah kebanggaan akan milik sendiri. Tentu saja bukan sebuah kebanggan kosong, fanatisme buta, tetapi kebangaan karena memang kita memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Dukungan dan rasa cinta itu mahal harganya. Semoga keberanian Hendri membakar semangat tiap insan (bukan hanya dalam sepak bola), untuk melakukan yang lebih baik. Terlebih membakar semangat kita untuk menajdi lebih baik, sebagai pribadi dan manusia. Itu sangat membanggakan. Mana dadamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun