Mohon tunggu...
F.X. Warindrayana
F.X. Warindrayana Mohon Tunggu... -

mari berbagi hal baik lewat tulisan, "nemo dat quod non habet"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Zhong Qiu Jie 2569 di Jogja, Kehangatan Relasi dalam Perbedaan

25 September 2018   15:55 Diperbarui: 26 September 2018   12:08 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Malam itu saya lihat sendiri di Victoria Park tiap keluarga menggelar tikar plastik di atas rerumputan, dan memasang lampion di dekat tempat duduk. Para orang tua saling berbincang sambil menikmati bekal dan memperhatikan anak-anak yang dengan riang bermain lilin.

Anak lainnya berlarian ke sana-kemari dengan membawa lampion yang bernyala terang bersama saudara atau temannya. Tampak juga beberapa bocah bermain lempar-lemparan benda elektrik berupa lingkaran bercahaya dengan ayahnya.

Benda melingkar itu, yang malam itu banyak di jual di sana, mengingatkan orang pada bulan yang seakan-akan telah mereka raih dalam pelukan.

Panggung seni tradisional dan pameran lampion

Para pengunjung bisa menikmati kesenian di beberapa panggung terbuka, yang menyajikan berbagai pertunjukan tari maupun musik tradisional. Di panggung utama yang berukuran sangat besar, tampak back ground cantik bergambar seorang penari China klasik. Pada ketiga sisi panggung ini didirikan menara untuk mengatur pencahayaan pentas.

Ada pula Photo Corner yang didesain khusus, dengan setting bangunan-bangunan kuno artifisial, yang menggambarkan taman kerajaan. Berdiri di sana seorang perempuan berpakaian tradisional dan berdandan bak putri kaisar.

Di sampingnya, berdiri seorang lelaki tampan berpakaian bak seorang pangeran di masa lalu. Mereka berdua ini mejeng di sana melayani para pengunjung yang ingin berfoto bersama mereka berdua, atau hanya dengan salah satu dari mereka. Banyak orang mesti antre panjang untuk berfoto.

Paling menarik adalah stand pameran lampion, yang digelar di sebuah bangunan khusus. Belum lengkap rasanya kalau orang belum melihat pameran ini. Tak heran, karena itu kami harus antre dalam jubelan orang yang diatur dalam alur berkelok-kelok seperti labirin.

Untungnya, budaya antre sudah tidak asing di sana, sehingga tidak tampak orang berdesak-desakan apalagi saling dorong. Pembatas alur tetap utuh tak tersentuh. Tampak hampir di setiap wajah keriangan dan antusiasme menyaksikan lampion berbagai bentuk, ukuran, dan warna.

Corak-corak tradisional berwarna merah, lengkap dengan kaligrafi dan gambar naga banyak dijumpai, selain bentuk-bentuk binatang seperti burung hong, kelinci, dan ikan.

Paling banyak mendapat perhatian pengunjung adalah lampion berbentuk pahlawan naik kuda dalam ukuran sebenarnya. Figur itu tampak gagah dan mengingatkan kepahlawanan masa lalu, saat bangsa Cina mengusir penguasa Mongol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun