Medali Sakral Bintang Gerilya: Perjuangan Rakyat Mempertahankan Kedaulatan NKRI dalam Menghadapi Serangan Tentara Sekutu dalam Agresi Militer Belanda
Suatu hari, saat aku sedang merapikan lemari tua milik kakekku, aku menemukan banyak tulisan yang berisi kisah perjuangan kakek selama menjadi anggota Laskar Rakyat. Laskar Rakyat adalah pejuang sukarela yang membela kedaulatan NKRI dengan segenap jiwa dan raga.
Para pejuang ini bertempur secara gerilya melawan Belanda dan sekutunya yang berusaha menjajah kembali Indonesia melalui Agresi Militer Belanda I dan II. Rakyat Indonesia saat itu tidak sudi dijajah lagi, sehingga mereka bangkit melawan, bertempur dengan gigih dalam apa yang dikenal sebagai Perang Gerilya.
Kembali ke lemari tua, di salah satu catatan yang kutemukan, kakek menceritakan bagaimana ia bergerilya dari daerah Sumatera hingga ke Tapanuli Selatan. Tak heran, kakekku fasih berbahasa daerah Tapanuli.
Komandan kakek bernama Payung Bangun, putra dari Pahlawan Nasional Pa Garamata, atau dikenal juga sebagai Kiras Bangun. Kakekku, PanPan Bangun, adalah wakil (tangan kanan) dari Payung Bangun. Meskipun secara jabatan kakek adalah wakil dari Payung Bangun, namun secara adat istiadat, Payung Bangun memanggil kakek dengan sebutan "Bapa" sebagai bentuk penghormatan.
Dalam sebuah buku perjuangan, diceritakan bahwa kakek dan teman-temannya pernah bertempur dalam jarak dekat dengan musuh. Dengan semangat yang membara, kakek tidak gentar menghadapi tembakan musuh, bahkan ia menembak balik dengan semangat yang berkobar. "Tarrr torrr tarrr torrr taaarrr toorrr," begitulah bunyi tembakan yang diceritakan kakek.
Namun, kakek segera menyadari bahwa teman-temannya telah mencari perlindungan karena jumlah dan peralatan perang musuh yang tidak seimbang. Dengan refleks yang cepat, kakek melompat ke sungai yang dihuni oleh banyak buaya untuk menyelamatkan diri dari tembakan musuh.
Teman-teman seperjuangan kakek mengira bahwa kakek telah tewas tertembak oleh musuh. Hingga suatu malam, kakek mendatangi mereka di basecamp. Namun, lucunya, teman-teman kakek malah merasa ngeri melihat kedatangannya. Mereka mengira yang datang adalah 'hantu' kakek, karena mengira kakek sudah tewas dalam serangan musuh.
Lalu, bagaimana kakek bisa selamat? Dalam catatan, diceritakan bahwa kakek melompat ke sungai yang penuh dengan buaya demi menyelamatkan diri. Beruntung, kakek selamat dari terkaman buaya. Malam itu, mereka tertawa-tawa karena bahagia kakek selamat, dan juga lucu karena mereka yang tidak gentar menghadapi serangan musuh, justru merasa ngeri melihat kedatangan kakek di malam hari.
Kembali ke lemari tua, aku sangat menikmati membuka-buka catatan kakek. Aku memeriksa setiap sudut lemari hingga menemukan sebuah medali yang sangat indah. Belum pernah aku melihat medali seperti ini. Rasa penasaran membawaku untuk mulai mencari informasi.
Ternyata, medali itu adalah Bintang Gerilya, sebuah penghargaan dari pemerintah Indonesia kepada para pejuang gerilya. Di catatan itu juga, diceritakan bahwa kakek berpangkat Lettu. Ada foto kakek dalam seragam lengkap, tampak gagah dan pemberani. Foto itu diambil sekitar tahun 1945, saat kakek sudah berpangkat Lettu. Wajahnya mengingatkanku pada Jenderal Sudirman.
Namun, setelah berhasil mengusir penjajah dan mempertahankan kedaulatan NKRI, karir kemiliteran kakek terputus. Banyak teman seperjuangan kakek yang terus berkarir di pemerintahan baru dan meraih kesuksesan. Meski kakek hanya seorang pensiunan veteran dengan pangkat biasa, rasa cinta kakek pada negara tidak pernah diragukan.
Di masa tuanya, kakek berpesan agar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan bersama teman-teman seperjuangannya jika kelak Allah memanggilnya. Kami menjalankan wasiat kakek dengan penuh hormat.
Bismillahirrahmanirrahim, beristirahatlah dengan tenang, Kakek Kebanggaan, Pahlawan Bangsa. Selama Negara Indonesia masih berdiri, makam kakek akan tetap terpelihara dan terjaga. Upacara penghormatan 17 Agustus akan selalu mengenang jasa-jasamu, dan tabur bunga 10 November akan membuat makam kakek selalu wangi, dengan jutaan rakyat Indonesia yang mendoakan.
Piagam Penghargaan, Medali Sakral, dan Bintang Gerilya yang kakek dapatkan adalah bukti perjuangan dan tekad kuat menjaga kedaulatan NKRI. Bangga rasanya memiliki kakek seorang pejuang.
Akan kujaga medali sakral kebanggaan kakek.
Salam hormat dari cucu yang jauh di perantauan.
Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H