Generasi Z, labelku
Saat ini usiaku belasan
Itu kegiatanku
Uang saku, selalu cukup
Sekolah antar jemput
Makanan bergizi
Kebutuhan tercukupi
Aku tak pernah dijewer, dimarahi, atau dihukum.
Di benak ayah hanya bagaimana agar perutku selalu kenyang
Otakku pun penuh terisi ilmu
Tak cukup ilmu dari sekolah
Aku ikut les.
Matematika, bahasa Inggris, sains, musik, renang, panahan, bela diri.
Semuanya dengan bayaran yang tidak murah.
Perhatian ayah kepadaku, melebihi perhatian kepada dirinya sendiri.
Hingga aku menyadari,
Nyatanya aku belum berjuang sama sekali.
Pernah, ayah bercerita perjuangannya di masa lalu, masa bersekolah yang penuh dengan keterbatasan.
Bersekolah dengan berjalan berkilo-kilometer.
Kehidupan desa, di bawah kaki gunung, petani miskin.
Ayah dari kecil ikut bertani,
mengangkut air dari sungai.
Lokasi sungai yang jauh dari rumah, untuk mandi, mencuci, buang hajat
Bahkan memasak
Listrik belum masuk desa.
Belajar dengan penerangan seadanya.
Perjuangan ayah ibu melebihi perjuangan anak-anak di film Laskar Pelangi, katanya.
Berbanding terbalik denganku
Semua fasilitas dengan mudah kudapat, karena kemurahan hati ayah ibu.
Tidak banyak mereka berucap,
Zaman mungkin sudah berubah, ungkapnya.
Yang tidak berubah adalah kebutuhan ekonomi untuk bertahan hidup.
Tegas ayah berkata,
Saatnya nanti aku harus bekerja, mandiri.
Ayah percaya,investasi ini
kelak mendampingi dan mendukung hidupku.
Mampukah kelak aku sehebat ayahku?
Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H