"Para peternak sapi yang semula memiliki kandang masing-masing dianjurkan agar membentuk kandang kumpul. Selanjutnya diberikan pemahaman untuk bisa memanfaatkan kotoran ternak, yang semula tidak berharga menjadi sesuatu yang berharga yakni dijadikan bahan baku Biogas," tandasnya.
Ia mengakui, melalui adanya inovasi biogas tersebut, warga Kampung Sehat Desa Gontoran pun merasa terbantu, khususnya para ibu-ibu untuk memasak dan bahkan untuk keperluan lampu penerangan. Demikian juga limbah pakan ternak ataupun sisa kotoran sapi dimanfaatkan warga setempat sebagai pupuk organik  tersebut telah didistribusikan ke luar kecamatan.
"Titik temunya ibu-ibu rumah tangga di Gontoran sekarang sudah tidak terlalu pusing dengan gas elpiji untuk keperluan memasak. Para petani saat ini juga tidak disulitkan dengan pupuk pertanian, karena pupuk kompos dan pupuk kandang sudah tersedia di kampung mereka," tandasnya.
Sekretaris Desa Gontoran M Azizi Syahroni mengungkapkan, keberpihakan Pemerintah Desa kepada para petani peternak untuk mengembangkan Biogas ini telah dilakukan sebelumnya. melalui dana yang disisihkan di Anggaran dana Desa (ADD) ataupun Dana Desa (DD) untuk bantuan permodalan pembelian bibit ternak sapi kepada para peternak dengan system bagi hasil dan bergulir. Hal ini dilakukan agar keberlanjutan dari pengembangan Biogas ataupun untuk pembuatan pupuk organik (kandang) yang sudah banyak memberi manfaat bagi warga sebagai energi alternatif warga bisa terus ditingkatkan.
"Kita lakukan hal ini semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan memberikan kebermanfaatan lain seperti penggunaan gas elpiji yang cukup membebani warga bisa dikurangi dengan adanya pembuatan energi mandiri dari kotoran sapi di Desa Gontoran ini," ujar Azizi.
Dikatakan, usulan dijadikannya Desa Gontoran untuk memacu program Desa Mandiri Eenergi (DME) dengan memanfaatkan kotoran ini sangat tepat dengan kondisi desanya yang mayoritas bekerja sebagai peternak dan petani.
Kecuali itu kata Azizi, kemanfaatan kotoran sapi yang juga selain untuk biogas sisa kotorannyanya juga menjadi kompos padat dan cair. Petani tidak perlu beli kompos dan hasil pertanian bisa meningkat dari sisi produksi.
Keunggulan Desa Gontoran ini dalam pengembangan biogas menurut Sekdes bisa menjadi studi tiru bagi desa-desa lainnya di Lombok Barat, bahkan di Provinsi NTB untuk dikembangkan guna menciptakan energi yang ramah lingkungan dan berusaha mmenekan pencemaran lingkungan menjaga kebersihan desa dari kotoran sapi atau limbah sampah lainnya. Semoga. ***
                                              Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H