Mohon tunggu...
Sahro Wardil Lathif
Sahro Wardil Lathif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

No Wa. 085815760283 Ig: wardil.lathif Fb: Wardil Lathif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Krisis Mindset dalam Pendidikan Tinggi Indonesia

28 Juli 2024   20:11 Diperbarui: 28 Juli 2024   20:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa banyak lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai? Atau mengapa semangat inovasi dan kreativitas mahasiswa seringkali tampak redup? Jawabannya mungkin lebih kompleks dari yang kita kira. Di balik kelulusan ribuan mahasiswa setiap tahun, tersimpan sebuah permasalahan mendasar: krisis mindset dalam pendidikan tinggi.

Mayoritas mahasiswa saat ini cenderung menempatkan ijazah dan gelar sebagai tujuan akhir pendidikan.

 Mereka lebih termotivasi untuk lulus dan mendapatkan pekerjaan daripada menggali ilmu secara mendalam. Akibatnya, banyak yang mengabaikan hakikat proses pembelajaran, lebih memilih untuk yang penting kuliah saja, tidak ada keinginan kuat untuk betul-betul menguasai apa yang dipelajari. Misalnya asal copy paste, asal maju mau presentasi walaupun dengan full membaca tanpa memahami apa yang dia bicarakan, asal kelihatan kuliah di gedung mewah biayanya mahal, diakui sebagai mahasiswa kampus terkenal, atau yang lain sejenisnya. 

Mindset yang berorientasi pada asal mau kuliah dan asal bisa dapat ijazah serta gelar ini juga berdampak pada rendahnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan di luar kelas.

Seminar, workshop, dan organisasi kemahasiswaan yang seharusnya menjadi wadah untuk mengembangkan soft skill dan memperluas jaringan, seringkali dianggap sebagai kegiatan sampingan yang tidak terlalu penting.

Kecenderungan untuk bergantung pada bantuan orang lain, seperti menyontek atau menggunakan jasa joki, semakin menguat. Hal ini menunjukkan kurangnya inisiatif dan motivasi untuk belajar secara mandiri. Akibatnya, mahasiswa menjadi pasif dan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, akan berdampak buruk bagi kualitas lulusan perguruan tinggi. Lulusan yang hanya memiliki ijazah tanpa dibekali dengan kompetensi yang memadai akan kesulitan bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif. Akibatnya, Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia berkualitas yang sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Untuk mengatasi permasalahan ini, pertama kita perlu mengubah persepsi kita tentang Pendidikan. Pendidikan harus dipandang sebagai proses pengembangan diri yang berkelanjutan, bukan sekadar upaya untuk mendapatkan ijazah.

Kedua, kampus perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.

Ketiga, metode pembelajaran perlu disesuaikan agar lebih interaktif dan mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun