Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa banyak lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai? Atau mengapa semangat inovasi dan kreativitas mahasiswa seringkali tampak redup? Jawabannya mungkin lebih kompleks dari yang kita kira. Di balik kelulusan ribuan mahasiswa setiap tahun, tersimpan sebuah permasalahan mendasar: krisis mindset dalam pendidikan tinggi.
Mayoritas mahasiswa saat ini cenderung menempatkan ijazah dan gelar sebagai tujuan akhir pendidikan.
 Mereka lebih termotivasi untuk lulus dan mendapatkan pekerjaan daripada menggali ilmu secara mendalam. Akibatnya, banyak yang mengabaikan hakikat proses pembelajaran, lebih memilih untuk yang penting kuliah saja, tidak ada keinginan kuat untuk betul-betul menguasai apa yang dipelajari. Misalnya asal copy paste, asal maju mau presentasi walaupun dengan full membaca tanpa memahami apa yang dia bicarakan, asal kelihatan kuliah di gedung mewah biayanya mahal, diakui sebagai mahasiswa kampus terkenal, atau yang lain sejenisnya.Â
Mindset yang berorientasi pada asal mau kuliah dan asal bisa dapat ijazah serta gelar ini juga berdampak pada rendahnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan di luar kelas.
Seminar, workshop, dan organisasi kemahasiswaan yang seharusnya menjadi wadah untuk mengembangkan soft skill dan memperluas jaringan, seringkali dianggap sebagai kegiatan sampingan yang tidak terlalu penting.
Kecenderungan untuk bergantung pada bantuan orang lain, seperti menyontek atau menggunakan jasa joki, semakin menguat. Hal ini menunjukkan kurangnya inisiatif dan motivasi untuk belajar secara mandiri. Akibatnya, mahasiswa menjadi pasif dan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, akan berdampak buruk bagi kualitas lulusan perguruan tinggi. Lulusan yang hanya memiliki ijazah tanpa dibekali dengan kompetensi yang memadai akan kesulitan bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif. Akibatnya, Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia berkualitas yang sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Untuk mengatasi permasalahan ini, pertama kita perlu mengubah persepsi kita tentang Pendidikan. Pendidikan harus dipandang sebagai proses pengembangan diri yang berkelanjutan, bukan sekadar upaya untuk mendapatkan ijazah.
Kedua, kampus perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
Ketiga, metode pembelajaran perlu disesuaikan agar lebih interaktif dan mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan kreatif.