Di tengah kemeriahan perayaan, ledakan petasan seringkali merenggut nyawa dan meninggalkan luka mendalam. Kasus ini bukan tragedi yang berdiri sendiri, melainkan pengulangan dari tragedi serupa yang terkesan terlupakan. Setiap tahun, menjelang Hari Raya, berita tentang ledakan petasan menghiasi media massa, membawa duka dan keprihatinan.
Pada tahun 2023, ledakan petasan kembali memakan korban jiwa. Seorang anak di Brebes, Jawa Tengah, meregang nyawa setelah petasan yang dipegangnya meledak. Di Tasikmalaya, Jawa Barat, dua orang mengalami luka serius akibat ledakan petasan. Kasus-kasus ini hanyalah contoh kecil dari tragedi yang berulang setiap tahun.
Ledakan petasan bukan sekadar kecelakaan, melainkan cerminan dari permasalahan yang kompleks. Di baliknya, terdapat faktor sosial, ekonomi, dan edukasi yang saling terkait.Â
Harga petasan yang relatif murah menjadikannya mudah diakses oleh anak-anak dan remaja. Kurangnya kontrol dan pengawasan dari orang tua juga memperparah situasi.Â
Tradisi penggunaan petasan dalam perayaan masih melekat di beberapa daerah. Kurangnya edukasi tentang bahaya petasan dan minimnya alternatif hiburan yang aman menjadi faktor pendorong lainnya.
Kurangnya edukasi tentang bahaya petasan, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, menyebabkan anak-anak dan remaja tidak memahami risiko yang mereka hadapi.
Menangani ledakan petasan membutuhkan solusi yang terintegrasi dan berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Pemerintah perlu memperketat regulasi terkait peredaran petasan. Penegakan hukum yang tegas terhadap penjual dan pengguna petasan ilegal harus dilakukan.
Penting untuk meningkatkan edukasi dan sosialisasi tentang bahaya petasan kepada masyarakat. Kampanye melalui media massa, sekolah, dan komunitas dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Pemerintah dan masyarakat perlu menyediakan alternatif hiburan yang aman dan edukatif bagi anak-anak dan remaja, terutama menjelang Hari Raya.