Mohon tunggu...
Sahro Wardil Lathif
Sahro Wardil Lathif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

No Wa. 085815760283 Ig: wardil.lathif Fb: Wardil Lathif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Alasan Orang Indonesia Susah Melihat Orang Lain Senang

10 Juli 2023   05:53 Diperbarui: 10 Juli 2023   07:10 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: graphicdesignjunction.com

Katanya Indonesia ini negara yang paling beragama, kemudian spiritualnya tinggi tapi kenapa netizen kita ini, katanya netizen terheboh di dunia..?

Sebenarnya alami saja Indonesia bisa terkepo di dunia nomor 2 itu, padahal katanya tadi dibangun dari spiritual. Jadi umumnya orang Indonesia adalah masyarakat terkepo dan kemudian selalu pengen lihat orang lain susah saja.

Manusia adalah masyarakat yang hidup secara biologis, makhluk yang diburu dan memburu.

Kita bukan di puncak rantai makanan, kita juga bukan ada di dasarnya. Karena itulah dalam sepanjang sejarah, manusia selalu berusaha untuk terus-terusan ada dalam kelompok. Karena kelompok bisa memberikan kepada mereka kenyamanan, ketenangan, keamanan saat mereka hidup dalam kelompok. 

Sebagai simulasinya adalah ketika ada satu orang, kemudian ada satu macan, maka kemungkinannya adalah 100% kita mati di situ.

Tapi kalau kita hidup dalam satu kelompok, kemungkinannya bisa menjadi banyak. Kemungkinan yang pertama, teman kita yang dimakan macan. Jadi kemungkinannya satu berbanding 10 kita selamat, 90% kita selamat atau 10 itu bersatu dan mengalahkan macan kemungkinan kita 100% selamat. 

Maka kelompok itu penting, kemudian kita simulasikan bahwa kelompok itu sedang dikejar-kejar sama singa. Siapa yang paling takut, adalah orang yang berlari paling belakang dari kelompok itu, dan yang paling senang adalah yang di tengah, dan yang di depan, karena senang dia paling jauh dari ancaman.

Sekarang yang penting, saya lebih cepat dari yang di belakang aja udah selesai. Nah itu dia, ketika kita senang lihat orang lain susah, itu maksudnya adalah ketika kita ada paling belakang, dan ada macan di belakang kita, itu cara terbaik kita untuk bisa selamat adalah orang yang di depan kita tarik, menjadi di belakang, itu alamiah.

Akhirnya ketika ada orang sukses, sedangkan kita miskin, maka yang terngiang adalah bagaimana caranya kita hancurkan martabatnya, hancurkan apanya, agar dia di bawah kita. Jadi tidak terlalu terancam.

Lalu apakah hal demikian cuma di Indonesia atau di negara lain juga..? Jawabannya adalah di seluruh dunia, dalam lingkup masyarakat yang inferior.

Masyarakat inferior itu adalah masyarakat yang menganggap bahwa kelompok atau dirinya lebih rendah daripada kelompok lain, merasa bahwa dirinya itu ada paling belakang dari komunitas orang yang berlari dikejar dalam contoh diatas.

Manusia yang citra dirinya rendah atau sangat rendah diri, karena memang masyarakat kita itu adalah masyarakat yang inferior, sampai-sampai ketemu sama bule pun "Halo Mister", atau menganggap bahwa itu lebih agung dan lebih tinggi daripada kita, padahal di sana atau di negaranya sendiri kita belum tahu, jangan-jangan gembel.

Jadi kita melihat Bule itu seperti alien turun dari langit, maka ketika inferioritas itu kemudian bertemu dengan realitas, bahwa kita ada di paling belakang, kemudian teman-teman kita ada di depan, dan sebagainya, maka cara terbaik agar menyelamatkan ego kita adalah dengan cara tarik orang yang ada di atas atau di depan kita, gosipin kita jelek-jelekkan pas jatuh Hore, seneng luar biasa. 

Ini membuktikan bahwa kita tidak ada di paling belakang, dan ini alami manusiawi banget manusiawi.

Apakah kita sendiri juga semacam itu..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun