Mohon tunggu...
Sahro Wardil Lathif
Sahro Wardil Lathif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

No Wa. 085815760283 Ig: wardil.lathif Fb: Wardil Lathif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelukis Raja yang Buta

8 Juli 2023   05:57 Diperbarui: 8 Juli 2023   06:06 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:troveparkcity.com

Beberapa bulan yang sudah lewat, saat Aku mengulang untuk mendengarkan rekaman Ngaji Filsafat dari Dr. fahruddin Faiz, ada satu cerita yang menurutku unik, dan masih terngiang-ngiang sampai saat ini.

Ada seorang Raja yang bermata hanya sebelah, satu matanya entah terkena apa, intinya satu mata saja yang hanya berfungsi.

Si raja menyuruh untuk dilukiskan oleh tiga pelukis. Saat dicek pelukis pertama menggambarkan dengan indah dan bermata lengkap.

Sang Raja lalu marah dan menghukumnya, karena beliau menganggap pelukis itu tidak menggambarkan sebuah kebenaran. Karena yang benar beliau buta sebelah.

 Lalu pelukis kedua dinilai, ia menggambar apa adanya, dengan mata hanya sebelah. Melihat itu sang Raja juga marah, dan memerintahkan pengawal untuk menghukumnya juga. karena ia feels embarassed, atau melihat tampang kacaunya saja. Bahasa pak Dr. Fahruddin Faiz saat itu seingatku kalau "ngenyek". Walaupun memang benar keadaannya seperti itu, tapi ada sisi kurang tepatnya memang menggambarkan raja yang agung dengan mata yang buta.

Dari kedua pelukis tadi kita dapat belajar, bahwa menjadi orang yang mengungkapkan apa adanya atau realnya bagaimana saja tidak cukup. Apalagi sampai mencitrakan suatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataan, seperti yang dilakukan oleh pelukis pertama.

Kita menuju penilaian pelukis ketiga, pelukis ketiga menggambarkan wajah Sang Raja dari samping. Akhirnya hanya mata raja yang sehatlah yang kelihatan, sedangkan mata yang buta secara otomatis tidak terlihat.

Pelukis terakhir ini tak berbohong, tetapi juga sanggup tidak memperlihatkan cacat Sang Raja. Inilah kebijaksanaan. 

Saya walaupun Aku juga memang seorang pelukis, namun ketika dihadapkan dengan persoalan seperti ini, tentu bingung juga saat itu. Bahkan saat mendengar uraian Pak Dr. Fahruddin Faiz, selalu ku nantikan inti kebijaksanaan yang akan keluar, ternyata luar biasa.

Cerita ini ternyata baru-baru ini juga ku temukan di buku Cak Nun, atau Emha Ainun Nadjib yang berjudul "Sedang Tuhan Pun Cemburu"

Beliau menambahkan uraian, "Sang Raja tersenyum kepada pelukis ketiga. Senyum Raja kepada pelukis ketiga itu "manusiawi". Tetapi, jika ada raja yang tersenyum kepada pelukis kedua, pasti dia manusia linuwih yang memilih kejantanan dan kebesaran jiwa."

Penulis: Wardil Lathif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun