Mohon tunggu...
Wardhany Dwi
Wardhany Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Sociology Student at University of Brawijaya

Only you have to know how hard you work

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minimnya Edukasi Seksual: Fenomena Having Sex di Masyarakat

3 Desember 2022   21:52 Diperbarui: 4 Desember 2022   18:18 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Pexels

Masuknya teknologi dan globalisasi di Indonesia merpakan bentuk perkembangan era digital modern pada masyarakat. Teknologi yang hadir di masyarakat semakin dipermudah dengan media sosial sebagai alat berkomunikasi tanpa ada batasan. Media sosial banyak digunakan oleh masyarakat khususnya generasi millenial yang lebih memahami penggunaan media sosial dan perkembangan teknologi. Adanya perkembangan teknologi tentunya membawa masuk budaya asing dari berbagai kehidupan berdampak terhadap budaya di Indonesia. 

Banyaknya budaya asing yang masuk di Indonesia membuat terjadi sedikit pergeseran nilai dan norma pada masyarakat. Teknologi yang memudahkan seseorang mendapatkan informasi terkadang membawa pengaruh buruk dan masalah ketika tidak dipilah dengan sempurna. Salah satu masalah yang sering muncul adalah perilaku seksual yang terjadi pada generasi millenial. Usia remaja merupakan fase transisi kehidupan dari anak-anak menuju dewasa dengan melalui proses pubertas secara biologis dan psikologis. Ketika pubertas remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan memungkinkan munculnya rasa ketertarikan kepada lawan jenis.

Pada realitas di masyarakat masih terbatasnya akses informasi pendidikan seksual membuuat banyak kesalahpahaman apabila tidak ditelaah dengan sempurna khususnya generasi millenial. Having sex memiliki definisi melakukan aktivitas seksual tanpa adanta komitmen atau ikatan resmi antara individu. 

Aktivitas seksual meliputi bersentuhan, berciuman, dan melakukan hubungan intim dengan pasangan. Timbulnya rasa penasaean yang dimiliki remaja membuat mereka cenderung ingin melakukan hal baru namun tanpa pemahaman dan pengetahuan yang valid terhadap aktivitas seksual. Hal tersebut dapat disebabkan karena banyak anak remaja yang sudah menjalin hubungan asmara ketika berada di bangku sekolah. 

Pendidikan seksual adalah proses pembelajaran mengenai kesehatan reproduksi yang berhubungan dengan jenis kelamin dan bagaimana fungsi kelamin tersebut sebagai alat reproduksi bagi perempuan dan laki-laki. Di Indonesia sendiri pendidikan seks atau Sex Education masih dianggap menjadi hal yang tahu khususnya bagi anak-anak dan remaja. Padahal pendidikan seksual merupakan hal yang penting diberikan kepada anak sejak dini sebagai pengetahuan awal kesehatan reproduksi. 

Banyak para orang tua tidak dapat memberikan penjelasan terkait seksualitas pada anak karena menganggap mereka belum cukup umur untuk membahas seksualitas. Namun, pentingnya pendidikan seksual secara dini ditujukan untuk membimbing anak lebih paham tentang masalah seksual dan batasan tubuh yang boleh disentuh. 

Kurangnya pemahaman tentang pendidikan seksual di masyarakat tentunya menjadi sebuah permasalahan serius apabila para remaja tidak menyadari dampak dan terjerumus dalam perilaku seks bebas. Pemahaman pendidikan seksual penting untuk diberikan kepada anak-anak dan remaja karena pada usia mereka rawan terjadi pergaulan bebas yang dapat menjerumuskan masa depan generasi muda. Pendidikan seksual merupakan suatu upaya meningkatkan perilaku hidup sehat dan waspada dengan hubungan seksualitas.

Fenomena Having Sex Bebas di Masyarakat

Perilaku having sex secara bebas yang paling sering penulis temukan adalah having sex dengan pasangan atau pacar. Banyak remaja ataupun pasangan yang belum memiliki ikatan resmi melakukan aktivitas seksual tanpa menimbang risiko di esok hari. Hal tersebut didorong rasa ingin tahu yang dimiliki remaja sangat tinggi dan semakin menjadi hal yang menantang ketika dirinya tengah menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis. Realitas di masyarakat pasangan yang pernah melakukan aktivitas seksual bebas nyatanya masih sangat minim tentang pengetahuan seksual. 

Selain mereka melakukan hal tersebut karena rasa ingin tahu, pengetahuan yang mereka dapatkan biasanya informasi keliru yang berasal dari situs video porno di internet. Adanya informasi keliru tersebut menimbulkan kesalahpahaman tentang pemahaman aktivitas seksual. Hubungan seksual yang harusnya dilakukan ketika sudah memiliki ikatan resmi dan sakral, sekarang dilakukan bebas di masyarakat.

Nahasnya banyak pasangan yang telah melakukan aktivitas seksual menganggap bahwa hal tersebut merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban yang harus diberikan ketika menjalin hubungan. Pada beberapa kasus yang penulis temukan, ketika seorang individu berada di dalam suatu hubungan, mereka cenderung meminta kepada pasangannya untuk melakukan hubungan seksual dengan dalih mempererat hubungan dan membuat rasa saling menyayangi diantara mereka semakin lebih intens. 

Pada beberapa kasus, kegiatan having sex dilakukan secara rutin tanpa menggunakan pengaman. Having sex yang dilakukan tanpa menggunakan pengaman akan membawa banyak risiko seperti kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit kelamin. Seseorang yang melakukan hubungan seksual namun tidak menggunakaan pengaman adalah bentuk minimnya pengetahuan seksual.

Pada media sosial tidak jarang penulis menemui banyak cerita pasangan yang melakukan hubungan seksual nemun selalu diakhiri dengan pertanyaan seputar pendidikan seksual. Base twitter digunakan untuk mengirim pesan secara anonim dan bertanya seputar informasi, sedangkan pengirim di base twitter biasanya dikenal dengan sebutan sender merupakan anonim yang tidak diketahui identitasnya. Seperti contohnya salah satu unggahan yang penulis temkan di base twitter setelah having sex dengan pasangan. 

Sumber dokumentasi: Screenshot pribadi penulis
Sumber dokumentasi: Screenshot pribadi penulis

Tweet tersebut mengungkapkan kekhawatiran akan kondisi tubuhnya yang mengalami perubahan setelah melakukan hubungan seksual tanpa pengaman. Dalam tweet anonim itu sender mengeluhkan setelah melakukan sex dengan pasangannya tanpa menggunakan pengaman dan melakukan penetrasi di dalam vagina membuat dirinya merasa lebih mudah lelah dan mual. 

Penulis melihat bahwa sender anonim tweet yang merupakan pihak perempuan bertanya kemungkinan kehamilan dan cara menggunakan testpack. Sender mengaku bahwa sering melakukan hubungan seksual dengan pasangannya menggunakan pengaman. Namun pada kejadian 5 hari yang lalu ia dan pacarnya tidak menggunakan pengaman karena pengaman yang dimiliki robek sehingga tidak bisa digunakan. Tidak adanya pengaman tidak menjadi penghalang ia dan pacar untuk melakukan aktivitas seksual. Sang pacar yang tidak memakai pengaman justru melakukan penetrasi di dalam yang membuat sender merasa khawatir.

Unggahan tweet tersebut lantas memicu timbulnya pendapat kontra dari netizen. Menurut pandangan penulis ketika membaca tweet tersebut muncul banyak pertanyaan, salah satunya adalah apakah ketika melakukan hubungan sex tidak memikirkan risikonya. Mereka melakukan hubungan seksual atas dasar kesenangan dan nafsu semata tanpa memikirkan risikonya. Selain itu, kegiatan seksual tanpa menggunakan pengaman merupakan tindakan yang sangat ceroboh. Sebagai pembaca tweet tersebut, penulis menanyakan sejauh mana pengetahuan tentang proses reproduksi yang diketahui oleh sender, karena proses reproduksi merupakan pengetahuan seksual yang penting. 

Selanjutnya, kasus tentang pengetahuan seksual pada media sosial terkait having sex juga penulis temukan. Seperti contoh unggahan tweet base yang bertanya ketika pertama kali melakukan hubungan seksual apakah mengeluarkan darah dan sakit yang luar biasa. 

Sumber dokumentasi: Screenshot pribadi penulis
Sumber dokumentasi: Screenshot pribadi penulis

Unggahan tweet anonim yang menanyakan seputar pengetahuan seksual semacam itu tidak hanya sekali dua kali muncul di beranda membuat banyak pengguna twitter termasuk penulis merasa geram. Penulis menganggap sender tweet melakukan hubungan seksual tanpa mengetahui dan paham dengan konsep berhubungan seksual juga pendidikan seksual reproduksi. Hal tersebut diperparah ketika penulis mengetahui bahwa sender having sex pertama kali dengan pasangan tanpa adanya ikatan resmi. 

Walaupun merasa kesal atas tweet tersebut, penulis ikut memberikan saran dan opini seperti informasi tentang permasalahan seksual yang dialami. Penulis memberikan penjelasan singkat bahwa tidak semua perempuan ketika berhubungan intim akan pengeluarkan daran dan penting untuk melakukan foreplay sebagai bentuk edukasi. 

Selain itu, tidak jarang penulis menemukan kasus setelah having sex banyak individu mengaku merasa bersalah dan cemas karena pasangannya mengalami perubahan sikap yang membuatnya tidak nyaman.  Tweet yang dikirim sender lain pada base twitter merasa stress akibat pasangannya tidak menghubungi dirinya setelah having sex dan melakukan penetrasi di dalam vagina. Sender dari tweet tersebut merasakan ketakutan apabila pasangannya tidak dapat bertanggung jawab atas perbuatan mereka kalau sampai berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan. Stress, depresi, dan kecemasan juga efek dari having sex bebas tanpa menggunakan pengaman.

Sumber dokumentasi: Screenshot pribadi penulis
Sumber dokumentasi: Screenshot pribadi penulis

Penulis memahami bahwa kekhawatirannyang dirasakan merupakan dampak negatif dari aktivitas seksual yang dilakukan. Ketika membaca tweet tersebut, penulis berpikir bahwa pasangan tersebut having sex atas dasar nafsu dan penasaran. Ketika sudah mendapatkan sesuatu yang diinginkan maka mereka merasa puas dan meninggalkan psangannya karena keinginannya sudah terpenuhi. Kejadian having sex bebas seperti itu tentunya akan merugikan kedua individu yang terlibat. Dapat berakhir fatal ketika mengakibatkan kehamilan dan pasangannya tidak mau bertanggung jawab. 

Banyaknya kasus having sex bebas di media sosial turut memicu timbulnya keinginan individu lain untuk ikut mencoba melakukan hal tersebut. Mudahnya akses penggunaan media sosial untuk mencari pasangan yang ingin melakukan hubungan seksual turut menjadi alasan tingginya angka seks bebas. Banyak dari mereka yang having sex untuk sekedar memuaskan rasa ingin tahu. Dalam beberapa kasus yang penulis temui, ketika seorang individu ingin having sex akan mencari orang lain yang juga ingin melakukan sex sebagai win-win solution tanpa harus mengeluarkan biaya.  

Tindakan hubungan seksual bebas tanpa adanya ikatan resmi merupakan tindakan yang menyalahi aturan tata nilai norma masyarakat. Di Indonesia hubungan seksual merupakan hubungan sakral karena dilakukan ketika sudah memiliki ikatan dengan orang lain. Namun, seiring berjalannya waktu aktivitas hubungan seksual telah mengalami pergeseran fungsi. Apalagi saat ini having sex semakin bebas dilakukan oleh individu yang ingin mencoba tanpa adanya ikatan.

 Beberapa contoh having sex bebas yang dilakukan tanpa adanya pengetahuan seksual membuktikan pentingnya peran pendidikan seksual yang harus diketahui oleh anak-anak serta remaja. Hadirnya seks bebas di masyarakat memberikan banyak efek negatif seperti individu yang melakukan tanpa pengaman akan merasakhawatir dosa dan ketakutan akan hamil. Edukasi seksual selain untuk tindakan preventif juga digunakan untuk kesejahteraan fisik dan mental yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya. Edukasi seksual juga memberikan pemahaman tentang bahaya penyakit kelamin menular melalui aktivitas seksual bebas.

Peran Edukasi Seksual di Masyarakat

Edukasi seksual khususnya pada anak-anak dan remaja merupakan hal penting saat ini. Pemahaman seksual kepada anak dan remaja bukan suatu hal yang tabu apabila dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Pendidikan terkait seksual diberikan tidak semata-mata berisi hal yang negatif. Edukasi seksual dapat berupa penjelasakan tentang kesehatan alat reproduksi dan bagaimana cara merawatnya.  Pengetahuan seksual kepada anak juga dapat membangun kepercayaan diri untuk memahami bahaya dari perilaku penyimpangan seksual. 

Edukasi seksual diberikan bukan bertujuan untuk melegalkan perilaku having sex dengan menggunakan pengaman, nemun edukasi seksual hadir untuk memberikan pemahaman bahwa having sex sebelum adanya ikatan resmi merupakan hal yang salah dan tidak dapat dinormalisasi.

Peran edukasi seksual menjelaskan agar anak-anak yang beranjak remaja mengerti bahwa dalam pubertas akan mengalami beberapa prubahan fisik dan itu merupakan hal normal. Khususnya pada organ reproduksi perempuan akan mengalami menstruasi dan laki-laki akan mengalami mimpi basah sebagai tanda pubertas. Perubahan lain meliputi bentuk tubuh, perempuan akan mengalami pertumbuhan payudara dan vagina sedangkan laki-laki akan mengalami pertumbuhan jakun. Perubahan tersebut harus diketahui oleh para remaja agar dapat menjaga kesehatan dirinya. Peran orang tua dalam edukasi seksual memegang peran penting.

Orang tua sebagai sekolah pertama untuk anaknya harus dapat memberikan pemahaman yang dapat dimengerti dengan mudah sehingga anak mengerti tentang dasar pendidikan seksual. Hal tersebut dapat berupa pengenalan singkat organ reproduksi yang dimiliki anak, bagian mana yang boleh disentuh dan dipertontonkan sembarangan, serta apabila ada orang yang menyentuh tanpa persetujuan maka anak harus melaporkan tindakan tersebut kepada orang tua.

Penutup

Having sex bebas yang ditemui di masyarakat merupakan suatu bentuk tindakan menyalahi aturan nilai dan norma. Fenomena having sex di masyarakat juga pada realitasnya banyak dilakukan atas dasar penasaran dan minimnya pengetahuan seksualitas yang membuat munculnya miskonsepsi. Hadirnya edukasi seksual di masyarakat merupakan upaya untuk menurunkan kasus having sex bebas. Dengan mengetahui risiko yang muncul dari tindakan having sex tersebut diharapkan masyarakat mampu mempertimbangkan kembali dampak ketika akan melakukan sex bebas. 

Maka dari itu, edukasi terkait seksualitas harus dirubah citranya. Karena edukasi seksualitas tidak hanya berkaitan dengan hal negatif. Justru hadirnya edukasi seksual sejak dini dapat membuat generasi muda tumbuh dengan menyadari pentingnya seksualitas.

Refrensi

Kusparlina, E. P. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seks Bebas. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 7(1).

Aisyaroh, N., Kebidanan, S. P. P. D. I., & Unissula, F. I. K. (2010). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung. Universitas Sultan Agung.

Muflih, M. (2015). Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berhubungan Dengan Kepercayaan Diri Remaja Untuk Menghindari Seks Bebas. Jurnal Keperawatan, 5(1), 138536.

Hos, H. J., Tawulo, M. A., & Hamka, M. Perilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja (Doctoral dissertation, Haluoleo University).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun