Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lapak Baca Dimusuhi, Mengapa Mereka Takut pada Buku?

14 Januari 2025   13:14 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:25 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa takut pada buku? (dok. pribadi).

Buku ditulis untuk dibaca. Diadakan agar pengetahuan dirayakan. Bukan untuk dimusuhi dan dilarang.

Suasana hati saya sebenarnya sedang kurang baik pada Kamis (9/1/2025). Namun, sebuah pesan whatsapp segera membuat saya senang dan bersyukur. Buku-buku yang saya kirimkan telah tiba di tujuan dan diterima dengan baik.

Bermula pada akhir Desember 2024 yang lalu. Viral di media sosial unggahan sebuah aktivitas literasi swadaya yang mendapat "musibah". Beberapa buku yang sedang digelar dalam lapak baca gratis diambil orang tak dikenal. 

Menariknya buku-buku yang diambil memiliki benang merah yang serupa. Yakni buku-buku bertema sejarah dan sosial politik. Di antaranya biografi Sukarno, Tan Malaka, Animal farm dan lain sebagainya. Hampir semuanya merupakan buku-buku populer yang hingga kini bisa dijumpai dan dibeli di toko-toko buku. 

Warganet pun tersedot perhatiannya pada buku-buku yang diambil. Kecurigaan adanya keterlibatan pihak-pihak tertentu mencuat. Apalagi bukan kali pertama aktivitas lapak baca tersebut mendapatkan rintangan. Sebelumnya telah beberapa kali aktivitas "literasi jalanan" itu didatangi oleh Satpol PP dan sejumlah orang yang berusaha mempersulit kegiatan membaca buku gratis. 

Penggerak lapak baca tersebut juga kerap mendapat pesan di media sosial dari beberapa orang yang meminta agar aktivitas tersebut dihentikan dengan berbagai alasan. Seperti tidak ada izin, masyarakat tidak butuh buku dan lebih butuh makan, membaca buku sudah ketinggalan zaman, dan sebagainya. Bahkan, setelah kejadian pada hari itu, pesan-pesan yang tidak simpatik masih didapatkan. Ada yang berkata bahwa hilangnya buku-buku tersebut merupakan pertanda agar kegiatan lapak baca sebaiknya dihentikan.

Saya lalu mencari tahu nomor pengelola lapak baca tersebut. Setelah mendapatkannya, saya tawarkan untuk mengirimkan beberapa buku serupa sebagai pengganti. Kebetulan dalam koleksi pribadi saya ada judul yang sama. Tawaran itu dibalas. Alamat mereka berikan dengan patokan tempat agar buku-buku yang akan saya kirim bisa sampai di tujuan. 

Dalam proses pengiriman, paket buku sempat tertahan beberapa hari di kota tujuan. Dugaan saya karena alamatnya berada di sebuah kampung di kabupaten kecil dan berada di perbatasan kota sehingga kurir perlu waktu lebih lama untuk mengantarkannya. Sempat muncul kekhawatiran alamat yang dituju kurang spesifik karena tidak bernomor rumah meski ada nama dan kontak nomor HP yang bisa dihubungi.

Akhirnya buku-buku itu sampai. Pesan WA yang saya terima siang itu mengabarkan bahwa buku-buku telah diterima dalam keadaan baik.

Buku yang saya kirimkan akhirnya tiba dan diterima (dok. pribadi).
Buku yang saya kirimkan akhirnya tiba dan diterima (dok. pribadi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun