Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Memori dan Kesetiaan Larut dalam Susu Nasional yang Legendaris

10 Januari 2025   10:15 Diperbarui: 10 Januari 2025   16:55 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin keunggulan kualitas itulah yang membuat susu Nasional tetap memiliki penggemarnya tersendiri dan bertahan melintasi waktu meski digempur puluhan mereka minuman susu yang lain. Kesetiaan selama puluhan tahun itu dibalas dengan kesetiaan banyak orang yang tetap memilihnya dan tak mengubah seleranya. Setiap kali terdengar bunyi khas  dari pengeras suara sepeda gerobak penjual susu Nasional, telinga seperti mendapat pesan berisi kegembiraan dan mulut tanpa sadar ikut melagukan "susu murni nasional".

Kesetiaan pula yang membuat Pak Warto bertahan selama lebih dari 20 tahun berjualan susu Nasional. Sejak tahun 2000 ia tak berganti profesi. Bermula dari Tangerang, ia merantau ke beberapa kota. Perjalanan panjang tersebut membuatnya bisa mengerti preferensi pembeli di setiap kota mulai dari Tangerang, Lampung, Surabaya, dan Yogyakarta. Misalnya, di Surabaya dan Yogyakarta menurutnya banyak pembeli lebih berminat pada susu dengan kemasan yang lebih besar. 

Pak Warto lebih dari 20 tahun berjualan susu Nasional di beberapa kota (dok. pribadi).
Pak Warto lebih dari 20 tahun berjualan susu Nasional di beberapa kota (dok. pribadi).

Saat ditanya mengapa ia betah dan setia menjadi penjual susu Nasional, Pak Warto dengan yakin menyebutkan alasannya. Selain tidak dibebani target penjualan yang berlebihan, ia pun bisa mendapat bonus dua kali dalam setahun, termasuk tunjangan hari raya. Hal itu membuatnya merasa cukup.

Dalam sehari ia pun bisa berjualan satu kali atau dua kali tergantung kondisi. Ia mencontohkan pada malam akhir tahun lalu ia berjualan dua kali. Usai berkeliling dari pagi, ia kembali mengambil stok susu dan berjualan lagi hingga tengah malam. "Itu saya bisa dapat untung empat ratus ribu", katanya.

Meski demikian, Pak Warto kadang tidak bisa memastikan kapan dan di mana ia bisa ditemui secara tetap. Hal itu karena ia selalu berkeliling setiap hari. Jika di satu tempat sedang ramai atau banyak pembelinya, ia akan bertahan lebih lama di tempat tersebut sehingga di tempat selanjutnya ia akan tiba lebih lambat.

Selama puluhan tahun berjualan susu, Pak Warto sudah tiga kali berganti sepeda. Agar lebih awet ia membersihkannya setiap hari. "Kalau sepedanya bersih, pembeli kan jadi suka dan mau beli lagi, iya nggak?", tambahnya.

Sepeda warna biru memang menjadi ikon susu Nasional selain bunyi pengeras suaranya yang khas. Dulu sepeda dan pengeras suara tersebut dipandang istimewa karena jarang dijumpai penjual yang menggunakan perlengkapan, termasuk topi dan seragam sebagus itu.

Seperti menemukan
Seperti menemukan "harta karun" susu yang penuh memori (dok. pribadi).

Menariknya, saat zaman bergerak maju dan cara berjualan seperti demikian sempat dianggap sudah ketinggalan zaman, ternyata sepeda dan pengeras suara susu Nasional belum diistirahatkan. Bahkan, diakui atau tidak telah menginspirasi banyak penjual pada zaman sekarang untuk mengadopsi caranya. Penjual sayur, penjual daging, penjual tahu, penjual buah, penjual jajanan, hingga penjual kopi kini semakin lumrah berkeliling menggunakan sepeda yang dimodifikasi dengan gerobak dan pengeras suara. 

Ternyata benar bahwa sesuatu yang lama tidak selalu akan mudah ditinggalkan dan dilupakan. Tetap ada ruang di ingatan dan tempat di hati bagi apa saja yang telah setia melintasi zaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun