Memang seringkali hambatan itu datang dari diri sendiri. Meski mengetahui suatu konten berisi informasi bohong atau video yang kita tonton melanggar ketentuan, keinginan untuk melaporkannya tenggelam karena keraguan atau pertimbangan tertentu. Berikut ini panduan untuk mendorong inisiatif sekaligus menghilangkan keraguan untuk melaporkan konten-konten buruk yang kita jumpai.
Pertama, kita perlu membiasakan untuk menutup mata dengan tidak memedulikan siapa kreator yang sedang kita hadapi kontennya. Pembiasaan ini untuk mengurangi perasaan tidak enak hati jika kebetulan konten buruk tersebut dibuat oleh kreator yang kita kenal profilnya.Â
Seseorang sering segan untuk melaporkan suatu konten karena merasa mengenal pembuatnya. Memandang kreatornya merupakan sosok yang lebih populer, senior, atau sering berinteraksi dengan kita ruang maya. Apalagi jika kreator tersebut memiliki profil tertentu yang dianggap tidak mungkin menulis kebohongan, ujaran kebencian atau plagiasi.
Kenyataannya, seperti disebutkan di awal tulisan ini, siapa pun sekarang bisa menjadi kreator konten. Dengan demikian siapapun bisa memproduksi konten buruk. Seorang dosen bisa melakukan plagiasi, seorang guru bisa menulis kebohongan, seorang dokter bisa memproduksi kebencian, seorang wartawan bisa menulis serampangan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, jika menjumpai konten-konten buruk, tidak peduli siapa kreatornya, mulailah untuk bersedia melaporkannya.Â
Kedua, penting untuk percaya pada wawasan yang kita miliki. Seringkali kita kurang percaya diri untuk melaporkan suatu konten buruk karena menganggap kreatornya lebih punya wawasan yang tinggi. Akhirnya kita memilih untuk membiarkan konten buruk tersebut  tetap eksis.
Padahal, jika kita memiliki wawasan yang baik tentang suatu hal, tidak perlu ada keraguan  untuk menilai baik buruknya suatu konten. Jika punya wawasan yang cukup tentang sepakbola, kita bisa menilai apakah konten yang muncul di hadapan kita sesuai dengan kebenaran atau sekadar kebohongan yang dipoles sana-sini. Jika punya pengetahuan yang baik tentang dunia medis, jangan ragu untuk mengukur kadar kebenaran informasi yang dibuat oleh seorang konten kreator.
Ketiga, tidak usah merasa berdosa saat melaporkan konten buruk. Tidak usah pula merasa khawatir atau bersalah jika laporan kita ternyata ditolak. Sebab pada dasarnya kita hanya memanfaatkan fitur pelaporan yang tersedia. Hasil pemeriksaannya serahkan kepada pihak administrator atau pengelola media.
Fitur laporkan di media sosial, blog, youtube dan media-media lain bukanlah hiasan semata. Fitur tersebut menanti partisipasi aktif kita. Bukan suatu kesalahan jika laporan kita setelah diperiksa oleh administrator media sosial atau pengelola blog diputuskan bahwa konten tersebut tidak melanggar ketentuan. Itu hal yang lumrah. Apapun hasil laporan dan pemeriksaan suatu konten, tidak mengurangi nilai partisipasi kita dalam upaya ikut menciptakan ruang digital yang berkualitas. Â