Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengatasi Doktrin Film G30S-PKI, Mengatasi Ketidaktahuan Sejarah Melalui Teks Sastra

29 September 2024   19:51 Diperbarui: 29 September 2024   19:59 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Karman merasa dirinya tak terampuni lagi, secercah harapan menghampiri. Seorang pemuka agama di desanya memberi kepercayaan pada Karman untuk membangun kubah masjid. Ternyata kubah masjid itu menuntun Karman menemukan kembali makna dan martabat hidupnya sebagai manusia. Lewat kubah itulah Karman mendapat jalan untuk diterima kembali sebagai anggota masyarakat.

Jika "Kubah" menampilkan reintegrasi yang berhasil karena kesungguhan pelakunya yang bertaubat, novel "Jalan Bandungan" karya Nh. Dini memunculkan hal sebaliknya. Melalui tokoh Widodo, seorang anggota partai komunis yang dipenjara belasan tahun dan setelah dibebaskan ternyata tak menanggalkan perangainya sebagai propagandis yang licik.

Jalan Bandungan (dok. pribadi).
Jalan Bandungan (dok. pribadi).

Sebenarnya "Jalan Bandungan" menekankan ceritanya pada jatuh bangun kehidupan seorang wanita bernama Mur yang menekuni hidup sebagai ibu rumah tangga sekaligus guru. Plot twist yang dihadirkan Nh. Dini sangat menarik. Dalam perjalanan hidupnya, Mur mula-mula menikah dengan Widodo. Peristiwa pemberontakan 1965 membuat kedok Widodo terungkap dan ia dipenjara. Setelah bercerai, Mur menikahi adik Widodo yang bernama Handoko.

Dalam bingkai cerita yang demikian, Mur menempuh berbagai ujian dan cobaan sebagai wanita yang pernah hidup serumah dengan orang komunis. Penuh keprihatinan Mur menerima omongan miring dan dikucilkan oleh para tetangga. Gerak hidupnya tidak leluasa. Dibantu sang ibu dan para sahabat, Mur berjuang membesarkan anak-anak yang mendapat stigma buruk  akibat kelakuan sang ayah.

Karir Mur sebagai guru juga sempat dipersulit. Ketika Mur mendapatkan surat panggilan beasiswa ke Belanda, seorang petinggi kampus mengulur-ngulur waktu dan tidak segera mengabarkannya sehingga Mur nyaris kehilangan kesempatan emas itu.

Menjalankan tanggung jawab sebagai wanita yang mengurus anak sendiri dan mendidik anak orang lain, Mur berulang kali menguatkan hatinya untuk tegar dalam menghadapi pandangan buruk yang datang dari lingkungannya. Mur tidak mengelak kenyataan bahwa mantan suaminya merupakan anggota partai komunis yang terlibat dalam tragedi 1965. Namun, Mur  berusaha keras berkarya dengan kemampuannya sendiri untuk lepas dari bayang-bayang masa lalu.

Saat karirnya  membaik dan hidupnya semakin tenang, Widodo ternyata dibebaskan oleh pemerintah Indonesia. Pria itu kembali ke kota tempat Mur tinggal bersama anak dan suami barunya. Widodo kemudian bekerja sebagai pengurus sebuah gereja. Meski demikian, Mur meyakini tabiat Widodo belum berubah. Ideologi komunis masih bercokol dalam diri pria tersebut. Dalam pandangan Mur, seorang berhaluan komunis seperti Widodo pandai memainkan peran penuh kepura-puraan. 

Kekhawatiran tersebut terbukti benar. Widodo berhasil mempengaruhi seorang putranya. Perangai sang anak berubah menjadi lebih keras dan tidak menurut kepada Mur. Sang anak pun gagal naik kelas.

Widodo dengan keahliannya sebagai bekas propagandis partai komunus kemudian berhasil menghasut adiknya yang telah menjadi suami Mur. Dengan karangannya sendiri, Widodo menyebarkan informasi bohong seputar diri Mur.

Peristiwa-peristiwa tersebut menjadi titik balik berikutnya bagi kehidupan Mur. Ia mengirim sang anak untuk diasuh oleh saudaranya di luar Jawa. Itu dilakukannya demi menghalau pengaruh buruk Widodo pada anak-anaknya. Mur juga menimbang ulang hubungannya dengan Handoko setelah suami barunya tersebut terlalu mudah dihasut oleh Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun