Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Merawat dan Menyelamatkan Karya Lawas Nh. Dini

24 September 2024   07:52 Diperbarui: 25 September 2024   09:49 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi "Jalan Bandungan" seperti pernah terkena guyuran air (dok. pribadi).

Mengisi akhir pekan dengan duduk menghadap buku selalu menyenangkan. Tak mesti dalam bentuk ritual membaca. Diselingi kegiatan merawat buku atau membersihkan rak dan tempat penyimpanannya pun bisa memuaskan.

Maka dari itu Sabtu (21/9/2024) sore yang lalu saya memilih melakukan yang kedua. Dua buku saya ambil dari tempat penyimpanannya. Satu berjudul "Jalan Bandungan". Satu lagi "Langit dan Bumi Sahabat Kami". Keduanya karya Nh. Dini, penulis idola saya.

Perlu saya mengakui secara jujur bahwa saya agak pilih kasih dalam memperlakukan buku-buku kepunyaan pribadi. Terhadap buku-buku yang benar-benar saya gemari, saya akan lebih memperhatikan kondisinya. Rutin merawat dan memeriksanya. Bahkan memberinya tempat khusus. Seperti buku-buku Nh. Dini yang jumlahnya sekitar 70. Buku-buku itu saya tempatkan pada rak atau lemari tersendiri. Di tempat itu hanya terpajang Nh. Dini. Sedangkan buku-buku dari penulis lain saya gabungkan di beberapa lemari dan rak.

Cara saya merawat buku-buku biasanya hanya dengan mengeluarkannya dari rak lalu membawa ke luar ruangan sebentar untuk dianginkan. Mengelap cover dengan tisu atau kain halus dan membuka-buka halamannya agar tetap kering. Kesempatan itu juga sering saya gunakan untuk membaca ulang meski hanya pada sedikit halamannya sekadar untuk membangkitkan ingatan terhadap isi ceritanya.

Kondisi
Kondisi "Jalan Bandungan" seperti pernah terkena guyuran air (dok. pribadi).

Namun, kali ini saya tidak hendak membaca ulang "Jalan Bandungan" maupun "Langit dan Bumi Sahabat Kami". Tujuan saya mengambil kedua buku itu ialah untuk memperbaiki kondisinya. 

"Jalan Bandungan" ketika saya dapatkan dari kios buku bekas di Solo beberapa waktu lalu kondisinya amat memprihatinkan. Dari cover sampai seluruh lembar halamannya lusuh dan lembap. Semua kertasnya berkerut dan sangat coklat warnanya. Beberapa lembarnya bahkan terekat satu sama lain. Tak tahu pasti apakah buku ini menjadi rusak dan lusuh akibat penyimpanan di kios yang lembap. Atau sejak awal penjual mendapatkannya sudah dalam kondisi demikian. 

Saat menjumpainya ada dalam tumpukan buku-buku bekas, saya langsung mengambilnya. Satu sisi mata saya sumringah menemukan buku Nh. Dini ada di sana. Akan tetapi di sisi lain hati terenyuh melihat kondisinya. Saat pemilik kios menyebutkan angka harga yang saya anggap rasional, segera saya menebusnya.

Bukan hanya "Jalan Bandungan" yang saya temukan. Di lokasi sama, tapi di kios berbeda saya menemukan harta karun berjudul "Langit dan Bumi Sahabat Kami" cetakan 1979. Usianya yang sudah lawas ditambah kios yang lembap membuat buku ini mengalami kerapuhan. 

Dengan hati-hati saya memeriksa, pelan-pelan membuka cover dan isinya. Ternyata hampir separuh jumlah halamannya sudah sobek pada bagian ujung bawahnya. Mungkin digigit tikus atau serangga. Jilidnya yang masih direkatkan dengan tali telah mengendur sehingga beberapa lembar nampak akan terlepas.

Langit dan Bumi Sahabat Kami cetakan 1979 (dok.pribadi).
Langit dan Bumi Sahabat Kami cetakan 1979 (dok.pribadi).

Sebenarnya saya telah memiliki "Jalan Bandungan" serta "Langit dan Bumi Sahabat Kami". Baik yang cetakan pertama maupun yang terbaru. Namun, memang beginilah yang kerap terjadi. Saat menjumpai ada buku Nh. Dini di sebuah tempat penjualan buku, rasanya selalu ingin mengambil lagi.

Memutuskan mengambil dua buku tersebut, sebenarnya saya dilingkupi dilema. Saya berharap ada orang lain yang akan mengambilnya. Dengan demikian bertambah lagi pembaca Nh. Dini. Rasanya menyenangkan jika ada orang lain yang juga memiliki kegemaran atau kekaguman pada karya-karya Nh. Dini.

Namun, membiarkannya tetap berada di kios buku tanpa ada kepastian pembeli lain yang akan segera mengambilnya membuat pikiran saya terusik. Sebab itu berarti buku-buku tersebut akan berada lebih lama di teronggok di sana dengan risiko semakin lusuh dan bertambah rusak.

Jalan Bandungan setelah dibersihkan semaksimal semampu saya (dok.pribadi).
Jalan Bandungan setelah dibersihkan semaksimal semampu saya (dok.pribadi).

Oleh karena itu, meski sudah memiliki kedua judul itu di rumah, saya memutuskan untuk mengambil lagi "Jalan Bandungan" serta "Langit dan Bumi Sahabat Kami". Saya menganggapnya sebagai upaya kecil untuk menyelamatkan buku-buku Nh. Dini dari kemungkinan mengalami kerusakan lebih parah.

Sabtu sore saya membersihkan lagi "Jalan Bandungan". Kondisinya bukunya sudah mengering. Beberapa lembar halaman yang dulu rekat karena basah kini sudah bisa dilepaskan satu sama lain. 

Akan tetapi tak banyak yang bisa saya lakukan pada kondisinya. Seperti buku yang terkena guyuran air lalu dikeringkan, buku ini memperlihatkan banyak tanda kerusakan.

Merawat buku lawas Nh. Dini (dok.pribadi).
Merawat buku lawas Nh. Dini (dok.pribadi).

Akan tetapi saya bersyukur karena covernya sudah lebih bersih. Jejak jamur yang menghitam di lembaran isinya bisa dibersihkan meski tidak bisa tuntas. Sore itu saya mengelap covernya dengan tisu yang dibasahi sedikit minyak telon. Lalu membilasnya dengan tisu lain yang dibasahi sedikit cairan alkohol. Dengan cara demikian noda-noda kotor yang melekat di cover bisa terangkat.

Sedangkan pada lembar-lembar isinya yang sudah keriput saya buka berulang-ulang. Sekadar untuk memastikan kerusakannya tidak bertambah. Pada sisi dalam cover, di bagian tepinya saya teteskan lem untuk memperkuat jalinannya yang rapuh.

Bagaimanapun juga "Jalan Bandungan" adalah salah satu judul kesukaan saya. Eyang Nh. Dini mengisi "Jalan Bandungan" dengan peristiwa-peristiwa yang nampak sebagai realita. Tidak mengawang dan bisa dicerna dengan nalar yang jernih.

Sementara itu pada "Langit dan Bumi Sahabat Kami" saya putuskan untuk "memperbaiki" lembar-lembar halamannya yang robek. Caranya dengan menyambung menggunakan kertas HVS 70 gram berwarna ivory.

Robekan pada setiap halamannya saya rapikan lebih dahulu. Menggunakan lem, potongan kertas HVS disambungkan pada bagian halaman yang robek terrsebut. Dengan cara demikian satu demi satu halaman yang robek akhirnya bisa tersambung. Meski tidak terlalu rapi, tapi bagi saya itu membuat keseluruhan buku "Langit dan Bumi Sahabat Kami" menjadi lebih menyenangkan dipandang.

Kertas halaman yang rapuh dan robek (dok.pribadi).
Kertas halaman yang rapuh dan robek (dok.pribadi).

Memperbaiki halaman yang robek, menyambungnya menggunakan kertas ivory (dok.pribadi).
Memperbaiki halaman yang robek, menyambungnya menggunakan kertas ivory (dok.pribadi).

Untuk membersihkan cover, saya hanya mengelapnya dengan tisu kering. Minyak telon maupun alkohol tidak saya gunakan.

Berdasarkan pengalaman yang lalu pada buku-buku yang berusia terlalu lawas dan agak lapuk kertasnya, cairan-cairan itu bereaksi agak kuat sehingga meninggalkan bekas dan membuat warnanya pudar.

Langit dan Bumi Sahahat Kami (dok.pribadi).
Langit dan Bumi Sahahat Kami (dok.pribadi).

Kini saya bisa memandang kedua buku itu dengan lebih lega. Paling tidak saya sudah berusaha membuatnya terhindar dari kerusakan yang lebih parah. Saya perlu melakukannya karena bagi saya buku-buku Nh. Dini merupakan bacaan terbaik yang pernah saya temui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun