Dengan adanya anjuran yang lebih tegas dari dokter, mau tak mau saya perlu lebih cermat ketika menikmati makanan-makanan tersebut, terutama rujak buah. Sebab rujak atau lotis buah saya senangi sebagai kudapan maupun pencuci mulut. Saya juga menyukai rujak sebagai cemilan pembangkit mood. Kekayaan rasanya akibat kombinasi buah-buahan tropis dan bumbu-bumbunya bisa memberi "sengatan" kesegaran yang menjalar dari lidah berlanjut ke suasana batin.
Kini saya lebih sering membuat rujak sendiri. Penjual rujak langganan memang belum saya lupakan. Tempatnya masih kerap saya datangi. Namun, jika menjumpai ada buah-buahan yang "menganggur" di lemari es atau meja makan, saya akan senang hati meramunya menjadi rujak. Dengan cara itu saya bisa leluasa menentukan tingkat kepedasan yang sesuai batas toleransi lidah dan perut saya.Â
Seperti yang terjadi pada Minggu (15/9/2024) kemarin. Saat sebuah pemandangan menggiurkan terlihat di sudut halaman samping. Dari sebatang pohon yang rimbun hijau daunnya, tapi tak terlalu tinggi tajuknya. Hanya satu setengah kali tingginya dari pintu pagar.
Beberapa hari belakangan sesuatu yang baru memenuhi cabang dan ranting pohon tersebut. Dimulai dari tandan-tandan mungil berwarna merah keunguan yang pelan-pelan bermekaran. Lalu hari demi hari lenyap mahkotanya, ditelan suatu bentukan baru yang membesar setahap demi setahap.Â
Pohon belimbing itu akhirnya berbuah lagi. Buah-buah berpenampang bintang menyembul dari sela-sela dedaunan hijau. Beberapa buah masih mungil dan hijau mulus. Namun, sudah ada beberapa yang ranum menguning.Â
Kilau belimbing-belimbing itu amat menggoda. Terbayang kesegaran airnya. Dibuat jus, diberi sedikit gula dan es batu, akan bisa melunturkan dahaga siang itu.
Namun, saya sudah menetapkan pilihan untuk memetik dan membuatnya jadi rujak atau lotis. Cuaca siang yang berangin dan tidak terlalu terik memberi dukungan suasana. Maka dimulailah ritual pembuatan lotis belimbing siang itu juga.
Oleh karena pohon yang tidak terlalu tinggi, tidak sulit pula memetik beberapa belimbing. Dengan sedikit berjinjit saya bisa meraih beberapa buahnya. Bahkan ada buah yang bisa saya petik dengan agak merendahkan tubuh.
Sebenarnya digigit langsung pun, belimbing-belimbing ini sudah memberi kesegaran yang melegakan. Apalagi yang sudah menguning tua. Terbayang airnya yang manis dan daging buahnya yang lunak. Akan tetapi tekad sudah bulat. Belimbing-belimbing itu setelah dicuci akan dipotong menuruti selera saya.Â