Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bersama IndiHome Mengolah Perjalanan 2 Jam Menjadi 8 Konten Cerita

12 Mei 2023   20:02 Diperbarui: 12 Mei 2023   20:04 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto & ilustrasi: hendra wardhana).

Bersyukur dan bahagia. Itulah yang melingkupi perasaan saya sekarang. Sebab saya tak menyangka bisa membuat serta menayangkan rangkaian tulisan "Menemui Nh. Dini" hingga 8 judul di kompasiana. 

Semula saya memperkirakan hanya akan membuat 4 atau 5 tulisan. Mengingat kunjungan saya ke rumah Nh. Dini di Sekayu, Kota Semarang pada pertengahan Februari lalu hanya sekitar 2 jam lamanya.

Dengan kunjungan yang pendek saya tak menargetkan untuk membuat banyak tulisan. Apalagi irama menulis saya sering dipengaruhi mood. Ketika suasana hati sedang cerah, saya bisa menangkap ide dan menulis blog dengan lancar. Sebaliknya saat mood sedang muram atau pikiran sedang lelah, kalimat demi kalimat akan bergerak sangat lambat. 

Oleh karenanya bisa menayangkan 8 konten artikel tentang Nh. Dini merupakan pencapaian membahagiakan yang saya syukuri. 

Artikel-artkel itu memang tidak menghasilkan cuan. Bukan pula tulisan yang viral. Namun, saya mendapatkan kepuasaan dan kebahagiaan yang utuh. Sebab tulisan-tulisan tersebut tercipta lewat proses kreatif yang sepenuhnya saya inginkan. Melalui sebuah perjalanan yang saya rencanakan sendiri. Serta mengenai satu nama yang karya-karyanya saya kagumi sejak lama. 

Ide Tiba-tiba

Konten "Menemui Nh. Dini" sudah ada di angan-angan sejak Desember 2022. Idenya muncul begitu saja. Bermula pada suatu malam menjelang tidur, tiba-tiba saya ingin membaca kembali buku Nh. Dini. Entah dorongan apa yang memicu keinginan tersebut.  Mungkin karena di kamar tersimpan sekitar 30 judul karya Nh. Dini.

Seperti ada kerinduan, saya mengambil buku tipis "Padang Ilalang di Belakang Rumah". Membacanya saya berulang kali tersenyum begitu tiba pada kalimat-kalimat yang memancarkan kehangatan dan antusiasme Nh. Dini saat menceritakan masa kecilnya.

(foto & ilustrasi: hendra wardhana).
(foto & ilustrasi: hendra wardhana).

Semenjak malam itu saya kecanduan lagi membaca Nh. Dini. Berturut-turut "Sekayu", "Sebuah Lorong di Kotaku", dan "Pencakar Langit" saya buka kembali. Judul-judul lain seperti "Pada "Sebuah Kapal" juga saya baca sekilas.

Cerita-cerita tersebut telah menyegarkan sekaligus memenuhi isi kepala saya. Tanpa dipaksa, ide-ide bermunculan. Rentetan kalimat yang meski belum beraturan, tapi mengalir di kedalaman pikiran. 

Dalam angan-angan saya seolah sedang berada di halaman rumah Nh. Dini yang teduh dan tenang. Lalu saya merasa seperti sedang menulis cerita tentang kondisi rumah itu sekarang. 

Semua ide, angan-angan, dan kalimat yang berlalu lalang di pikiran tersebut membuat saya bertekad untuk menjenguk masa lalu Nh. Dini. Saya akan ke Semarang untuk melihat rumah Nh. Dini dan mengintip kampung Sekayu. Perjalanan inilah yang saya sebut sebagai "Menemui Nh. Dini".

Berangkat dari Buku

Keberangkatan ke Semarang belum diputuskan waktunya, tapi buku-buku Nh. Dini dengan cepat memberi inspirasi konten yang ingin saya tulis. 

Dari "Padang Ilalang di Belakang Rumah" saya memutuskan akan menulis cerita tentang bagian belakang rumah. Masihkah berupa padang ilalang atau sudah berganti rupa? Jika berubah, jadi seperti apa sekarang?

(foto & ilustrasi: hendra wardhana).
(foto & ilustrasi: hendra wardhana).

Dari "Sekayu" saya menetapkan Masjid Sekayu sebagai pokok cerita berikutnya. Sebab masjid ini sering disebut oleh Nh. Dini saat menceritakan kampung dan rumahnya. Saya berpandangan jika bisa mengunjungi dan melihat Masjid Sekayu, maka sebagian cerita mengenai kampung masa kecil Nh. Dini bisa saya rangkum sekaligus.

Sedangkan "Sebuah Lorong di Kotaku" memberi saya inspirasi untuk menyajikan suasana rumah Nh. Dini sekarang dan apakah rumah tersebut seperti yang Nh. Dini deskripsikan dalam bukunya. Saya juga mendapat ide untuk berjalan kaki menyusuri rute-rute yang pernah ditempuh oleh Nh. Dini saat kecil dan remaja.

(foto & ilustrasi: hendra wardhana).
(foto & ilustrasi: hendra wardhana).

Beberapa buku lainnya memberi ide tambahan. Namun, pada dasarnya perjalanan "Menemui Nh. Dini" saya mulai dari 3 buku di atas. 

Berangkat dari cerita masa lalu Nh. Dini, saya ingin membuat konten seputar jejak, kenangan, dan warisan hidupnya yang masih tertinggal di Semarang pada masa kini. Bukan konten "before-after" karena saya ingin lebih menonjolkan kondisi kekiniannya dalam bentuk narasi cerita perjalanan.

Banyak Cerita

Kesempatan akhirnya datang pada 19 Februari 2023. Bersamaan dengan sebuah acara yang perlu saya datangi di Semarang, saya memanfaatkannya sekaligus untuk mengeksekusi konten "Menemui Nh. Dini".

Saya memulai dengan berjalan kaki dari Jalan Depok di tengah kota Semarang. Perjalanan selama 30 menit yang melalui beberapa ruas jalan, lorong-lorong pemukiman dan singgah di beberapa titik tersebut menghasilkan tulisan berjudul "Lorong-lorong di Kota Semarang yang Membawa Saya ke Rumah Nh. Dini".

(dok. pribadi/hendra wardhana).
(dok. pribadi/hendra wardhana).

Tiba di rumah Sekayu, tak diduga dan tanpa janji pertemuan, saya diterima oleh keponakan Nh. Dini. Banyak cerita tentang Nh. Dini saya dapatkan dari penuturan beliau. Saya pun diizinkan untuk mengamati beberapa sisi rumah Nh. Dini beserta halamannya. Boleh pula menengok bagian belakang rumah yang dahulu merupakan padang ilalang. 

Sekitar 1 jam di rumah Nh. Dini, hati saya dilingkupi kebahagiaan dan keharuan. Bakal-bakal kalimat yang hendak saya tulis di blog mulai terlintas. Maka terciptalah tulisan "Soto Gerabah Wakanda, Tersembunyi di Belakang Rumah Nh. Dini". Itu menceritakan bagian belakang rumah yang dulu berupa padang Ilalang, sekarang telah menjadi rumah kos dan warung soto.

Artikel "Mengenang dan Mengenal Nh. Dini di Teras Rumahnya" dan "Waktu Seolah Berhenti di Rumah Nh. Dini" juga dibuat berdasarkan peristiwa yang saya alami dan amati selama bertamu di rumah Nh. Dini.

Sedangkan kunjungan beberapa menit ke Masjid Sekayu di dekat rumah tersebut menghasilkan konten berjudul "Sekayu, Kisah Masjid Tertua di Jawa Tengah".

(dok. pribadi/hendra wardhana).
(dok. pribadi/hendra wardhana).

Itulah 5 tulisan yang saya rencanakan sebagai konten awal. Namun, ternyata perjalanan selama 2 jam memberi kekayaan pengalaman dan ide lebih dari yang saya bayangkan. Banyak cerita saya dapatkan sehingga konten "Menemui Nh. Dini" bisa bersambung sejak pertama tayang pada 22 Februari 2023.

Mengembangkan Kreativitas

Membuat konten blog, dalam hal ini menulis rangkaian cerita "Menemui Nh. Dini" bagi saya tidak terlalu sulit. Sebab yang akan saya tulis merupakan hasil perjalanan sendiri. Materinya bersumber dari apa saya alami, lihat, dan renungkan sendiri. Foto-foto yang akan digunakan juga berasal dari jepretan kamera HP sendiri. Konten ini pun berkisah tentang sosok yang saya idolakan.

Secara keseluruhan konten "Menemui Nh. Dini" boleh dikatakan "gue banget". Sehingga proses penciptaannya, mulai dari perjalanan ke Semarang hingga penulisan blog saya jalani dengan sangat antusias.

Faktor-faktor tersebut membuat setiap tulisan mengalir begitu saja mengikuti pola bercerita sehari-hari. Saya menyajikannya sebagai cerita yang bisa dikonsumsi oleh segala usia.

Namun, ada tantangannya juga. Yakni soal mengembangkan kreativitas. Ketika telah menayangkan 4 hingga 5 tulisan, pada satu sisi saya merasa puas. Sementara di kedalaman pikiran seperti masih ada setumpuk kalimat yang mendesak ingin dikeluarkan. Saya tidak ingin memaksakan diri karena menulis membutuhkan energi, tapi hasrat untuk menulis tentang Nh. Dini masih menggebu.

(foto & ilustrasi: hendra wardhana).
(foto & ilustrasi: hendra wardhana).

Pada situasi demikian saya beruntung karena beberapa pembaca memberikan komentar yang positif. Bahkan ada yang mengirim DM melalui twitter dan instagram mengapresiasi tulisan yang saya buat.

Tanggapan dari pembaca membuat saya semakin bersemangat untuk melanjutkan cerita. Misalnya, seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi melalui twitter pada pertengahan Maret menanyakan perihal penulisan nama Nh. Dini. Apakah "Nh. Dini", "N.H. Dini", "NH Dini", atau yang lain?

Pertanyaan kritis itu membuat saya memutar otak. Akhirnya lahir tulisan "Nh. Dini, Satu Nama dengan Banyak Versi" yang merupakan respon saya atas pertanyaan tersebut.

Inspirasi-inspirasi yang berasal dari luar seperti komentar dan tanggapan pembaca sangat membantu saya dalam mengembangkan kreativitas. Hal itu turut berperan  

Percaya IndiHome

Namun, modal kreativitas saja belum cukup. Ibarat seorang peramu masakan yang ingin hidangannya tersaji di meja makan banyak orang, saya membutuhkan dukungan Internet Provider yang berkualitas agar rangkaian cerita "Menemui Nh. Dini" bisa dinikmati oleh pembaca. 

Saya bersyukur memiliki layanan IndiHome yang andal dari Telkom Indonesia. Adanya internet IndiHome di rumah memudahkan saya menayangkan cerita atau tulisan di blog.

Internet IndiHome saya ibaratkan sebagai senjata andalan untuk mengeksekusi tahap akhir dalam proses kreatif pembuatan konten di blog. Tulisan-tulisan saya yang selalu menyertakan beberapa foto bisa terunggah dengan baik berkat internet IndiHome yang cepat dan stabil. Saat menyematkan video pun prosesnya berlangsung lancar. Foto dan video tersebut membuat konten semakin komplet untuk dinikmati.

(foto & ilustrasi: hendra wardhana).
(foto & ilustrasi: hendra wardhana).

Bertahun-tahun menjadi pengguna IndiHome, saya tak khawatir mengalami kesulitan menayangkan tulisan di blog. Sebab IndiHome menggunakan teknologi fiber optik yang lebih canggih dan tahan cuaca. Dengan teknologi seandal itu, gangguan yang sering terjadi pada sambungan kabel tembaga bisa dicegah.

Selama meracik dan mengolah konten "Menemui Nh. Dini" saya kembali membuktikan betapa IndiHome sangat optimal dalam mendukung konsistensi pembuatan konten. Saya hanya perlu berkonsentrasi merangkai cerita. Urusan selanjutnya saya percayakan pada IndiHome. 

Hasilnya seperti saya sebutkan di awal tulisan ini. Saya bahagia, puas, dan bersyukur karena bisa menayangkan rangkaian cerita "Menemui Nh. Dini" yang ternyata lebih dari sekadar konten jalan-jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun