"Pulang-pergi" adalah cara Tuhan untuk menjaga kita dari penyakit bernama kesombongan dan lupa diri.Â
Sebab kita terlampau sering mengabaikan panggilan pulang. Menganggap sapaan orang tua dan saudara di grup whatsapp keluarga hanya sebagai ketikan biasa. Kita tidak menangkap pesan rindu di balik ketikan kalimat-kalimat itu.
Ketika orang tua bertanya di grup keluarga: "lagi di mana?", kita menanggapinya biasa. Bahkan sering menunda untuk membalasnya. Alasannya sedang sibuk, sedang rapat, sedang makan siang, dan sebagainya. Padahal sesungguhnya kita bisa mengetik jawabannya dengan cepat dan mudah.
"Pulang-pergi" adalah cara semesta untuk mengingatkan kita bahwa waktu tidak akan pernah bisa diputar ulang, tapi bisa kita miliki.
Seringkali dengan dalih kewalahan, kita mengabaikan panggilan dari kampung halaman. Dengan dalih kesibukan, kita merasa tak punya alasan pulang.Â
Sementara kita selalu antusias menyambut panggilan-panggilan lain yang hanya sesaat. Sibuk mengais kesenangan yang fana.Â
Sampai kemudian saat merasa hidup tiba-tiba berkalang kesusahan, kita baru menyesal karena kehabisan waktu untuk pulang. Baru tersadar bahwa pada kampung halaman kita tak pernah benar-benar bisa lupa.
Pada kampung halaman, maaf karena telah berulang kali mengabaikan panggilan pulang. Maaf karena sudah terlalu banyak dalih untuk tidak bisa datang.Â
Pada panggilan-panggilan pulang yang sering tak terjawab, sampai nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H