Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pagi yang Damai di Pantai Teluk Buyat

27 April 2023   20:10 Diperbarui: 27 April 2023   20:11 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanjung Buyat dan Bukit Harapan memagari Teluk Buyat (dok.pribadi).

Sulawesi bagian utara yang dikelilingi Laut Sulawesi, Laut Banda dan Laut Maluku dikenal memiliki banyak pantai yang indah. Pantai-pantai itu berderet di sepanjang sisi pulau, berselingan dengan teluk dan semenanjung yang turut membentuk bentang alamnya.

Salah satu pantai yang indah itu ada di Teluk Buyat, Desa Ratatotok Timur, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara. Berjarak sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Manado, Teluk Buyat menyimpan keindahan pantainya pada lekukan alam yang dipagari Tanjung Buyat dan Bukit Harapan. 

Beberapa tahun lalu nama Teluk Buyat sampai ke telinga ini melalui berita-berita seputar tragedi lingkungan. Konon telah terjadi pencemaran hebat di sana. Lautnya yang terkontaminasi oleh aktivitas pertambangan dikabarkan mengancam kehidupan masyarakat di sekitaran pantai. Gencar pemberitaan media saat itu menyebut ada warga yang menderita penyakit dan meninggal akibat dampak pencemaran.

Tanjung Buyat dan Bukit Harapan memagari Teluk Buyat (dok.pribadi).
Tanjung Buyat dan Bukit Harapan memagari Teluk Buyat (dok.pribadi).

Waktu bergulir, isu seputar pencemaran lingkungan dan tragedi tak lagi terdengar. Bukti dan temuan ilmiah yang mengungkap kondisi sebenarnya telah mengembalikan kedamaian ke tengah kehidupan di Teluk Buyat.

Kedamaian pula yang saya rasakan saat menginjak pasir pantainya yang lembut. Teluk Buyat telah saya datangi. Kini saya menatapnya langsung dari dekat. Bukan sekadar lewat tayangan TV, tidak pula melalui desas-desus pemberitaan. 

Pagi itu sungguh terasa tenang dan damai. Suasana masih sepi dan memang keramaian sehari-hari di tempat ini lebih ditimbulkan oleh aktivitas warganya yang melaut. Atau pengunjung yang kebetulan sedang berlena-lena di Pantai Lakban di utara Teluk Buyat. Kedua tempat itu berdekatan dan dihubungkan oleh jalan aspal sehingga tak sulit untuk mondar-mandir dari satu pantai ke pantai lain di sebelahnya.

Teluk Buyat berpagar perbukitan hijau yang indah (dok.pribadi).
Teluk Buyat berpagar perbukitan hijau yang indah (dok.pribadi).

Tanjung Buyat dan Bukit Harapan masih tersamar dalam kabut pagi. Meski tak nampak jelas dari teluk, gagahnya tanjung dan bukit tersebut tetap bisa disimak. Dipancari oleh mentari yang sedang merangkak, kenampakan yang hadir di depan mata terasa megah.

Sambil menghirup udara beraroma laut, saya berjalan menyusuri panjangnya pantai. Hamparan pasir yang menenggalamkan beberapa senti telapak kaki tak membuat langkah terasa berat. Malah saya terlena dengan kelembutan yang menyelimuti kaki. 

Matahari mulai meninggi. Cahayanya mengusir kabut tipis yang sudah menyelimuti sepanjang malam. Pesona Teluk Buyat pun semakin terpancar. Seperti baru terbangun dari tidurnya, bentang alam di sekelilingnya segera menyuguhkan keindahan yang syahdu, tak lagi tersamar dalam keredupan.

Laut yang menjorok di Pantai Teluk Buyat (dok.pribadi).
Laut yang menjorok di Pantai Teluk Buyat (dok.pribadi).

Perbukitan hijau yang memeluk teluk menampilkan lukisan alam yang menenangkan. Lautnya yang jernih dan biru langit di atasnya membentuk lapisan keindahan yang nampak jelas sekaligus menyimpan misteri. Sebab luas dan isinya tak dapat manusia terka.

Beberapa perahu nelayan pulang mendekat ke pantai. Ombak yang tenang dan rendah menggiring pelan mereka ke daratan. Sementara perahu-perahu lain justru mulai menghidupkan mesin. Pelan-pelan perahu itu bergerak, menuju tengah lalu berlayar ke samping menjauhi Teluk Buyat.

Jauh menjorok ke arah daratan, rumah-rumah warga telah membuka pintu dan jendelanya. Kehidupan semakin menggeliat. Orang-orang mulai keluar dan bunyi sepeda motor meramaikan pagi.

Masjid dan gereja berdampingan di tepi Pantai Teluk Buyat (dok.pribadi).
Masjid dan gereja berdampingan di tepi Pantai Teluk Buyat (dok.pribadi).

Namun, semua itu bukan keramaian yang merusak ketenangan. Buih ombak yang terus menerus membasahi pantai dan angin yang menabrak dedaunan, semua berinteraksi mesra dengan keseluruhan jagad alam di Teluk Buyat.

Sejenak memejamkan mata, perasaan seperti dilingkungi oleh kedamaian yang penuh. Suasana semakin syahdu tatkala memandang ke arah yang bertentangan dengan laut. 

Di sana, di antara deretan rumah warga yang sederhana bangunannya, berdiri dua rumah ibadah. Berdampingan sebuah masjid dan gereja terlihat agung di tengah kepolosan alam Teluk Buyat. 

Dari pantai, kubah masjid dan menara salib terlihat dekat bersisian.  Seolah menuntun setiap mata yang memandang untuk berpikir dan meresapi bahwa kehidupan memang seharusnya dijalani secara selaras meski manusia memiliki banyak perbedaaan.

Di Teluk Buyat kita bisa belajar banyak tentang ilmu kehidupan. Tentang damainya manusia dan lingkungannya yang telah memberikan ruang serta bekal hidup secara terus menerus. Damai yang dilingkupi kesadaran untuk menjaga alam, untuk tidak mencemari laut, dan untuk mengambil hasilnya sebatas kecukupan sesuai kebutuhan. 

Teluk Buyat di pagi hari (dok.pribadi).
Teluk Buyat di pagi hari (dok.pribadi).

Damai yang dipenuhi kesadaran untuk saling menghormati. Damai yang dilandasi ajaran cinta kasih untuk saling memahami dan merawat perbedaan.

Teluk Buyat telah menjadi simbol kedamaian yang membuat keindahan alamnya semakin nampak agung dan bermakna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun