Menyantap pecel ndeso di Solo seringkali lebih dari sekadar urusan memuaskan selera lidah atau mengenyangkan perut. Melainkan juga memperkaya pengalaman batin lewat pertemuan-pertemuan dengan para penjualnya yang banyak di antaranya merupakan simbah-simbah berusia lanjut.
Suatu hari saya menikmati pecel ndeso di CFD Slamet Riyadi yang disuguhkan oleh Mbah Pardiyem. Ia sudah berjualan pecel ndeso lebih dari 40 tahun. Kesetiaannya yang panjang itu menjadi kunci bagi kenikmatan pecel ndeso yang ia ramu dan racik dengan tangannya sendiri.
Pada kesempatan lain saya menikmati pecel ndeso yang diracik oleh Mbah Suti. Kebetulan ia berjualan di dekat hotel tempat saya menginap. Ada kesamaan antara pecel ndeso yang dibuat oleh Mbah Suti dan Mbah Pardiyem. Yakni "bumbu kesetiaan" yang membuat pecel ndeso menjadi salah satu pusaka kuliner di Solo.
Kuliner Solo masih panjang daftar menunya. Maka cobalah pula tahu kupat yang sepintas mirip dengan kupat tahu di Yogyakarta dan Magelang serta Mie Kopyok khas Semarang. Isiannya sudah pasti ada ketupat dan tahu. Lalu ditambah mie kuning, tauge, kobis, kacang tanah goreng dan bawang merah goreng.
Bedanya dengan sajian serupa dari kota lain ialah pada bumbunya. Tahu kupat di Solo disiram bumbu yang pekat. Bukan sejenis kuah yang encer, melainkan mirip dengan saus yang kental.
Bumbu itu terbuat dari gula merah yang dicairkan, ditambah bawang merah, bawang putih, cabe serta garam. Rasanya dominan manis dengan tingkat kepedasan yang bervariasi tergantung kearifan resep sang penjual dan permintaan pembeli.
Tahu kupat khas Solo biasa dinikmati dengan telur ceplok. Biasanya disajikan dalam kondisi masih panas karena tahu dan telur baru akan digoreng saat pembeli memesannya. Cara terbaik menyantapnya ialah dengan mengaduk semua isian di atas piring agar bumbunya yang kental tercampur rata.
Di Solo, tahu kupat tak kalah populer dari nasi liwet dan pecel ndeso. Ketiganya seolah berbagi ruang kelezatan yang bisa dengan mudah ditemukan di berbagai sudut kota.
Jika seseorang hanya punya waktu 2 hari dan 1 malam di Solo, itu sudah cukup sebagai permulaan untuk jatuh cinta pada kulinernya. Hari pertama langsung sarapan di Warung Pak Die, siang harinya menuju penjual tahu kupat. Sore atau malamnya menyantap nasi liwet.Â