Baksonya yang terdiri dari 1 bola daging besar dan 5 bola kecil juga empuk. Semuanya masuk kategori bakso halus tanpa banyak potongan urat. Kekenyalannya cocok dengan selera saya. Untuk bakso seharga Rp13.000 saya sangat puas dengan rasa dan komposisinya.Â
Walau demikian semangkuk bakso yang kami nikmati pada hari pertama lebaran tetap yang paling nikmat. Disiapkan dan diracik menuruti resep ibu untuk menyambut kedatangan salah satu saudara kami yang sudah 8 tahun tak berjumpa.
Kakak sepupu saya jauh terbang dari Banjarmasin ke Surabaya sebelum hari raya. Dari kota Pahlawan ia menuju Rembang di Jawa Tengah untuk bersilaturahmi terlebih dahulu dengan keluarga besar suaminya. Dari Rembang mereka lalu menempuh perjalanan 5 jam untuk berkumpul bersama kami.
Ini jadi salah kebahagiaan besar bagi keluarga kami. Apalagi sepupu saya turut membawa anakya yang baru berumur 7 bulan. Terkejut sekaligus terharu saat ia mengabari akan datang lengkap bersama suami dan anaknya. Bayi seumur itu sudah diajak "mudik" dan menempuh perjalanan panjang yang melelahkan.
Syukurlah, saat tiba di rumah pada Sabtu siang, mereka semua nampak sehat. Ibu yang paling cepat menyambut dan memeluk sepupu saya. Berdua mereka menangis di muka pintu. Kami yang melihat tak mau menganggu. Kami biarkan keduanya memuaskan dahaga pertemuan yang telah dinanti-nanti lama.
Ibu pantas dan memang sudah kami tahu menyimpan rindu yang teramat dalam pada sepupu kami itu. Sebab ia merupakan anak dari Bu De yang baru meninggal dunia seminggu sebelum Natal 2022 lalu.
Ibu sangat terpukul saat mendengar kabar Bu De di Kalimantan meninggal dunia. Kepergian yang mendadak membuat ibu tak sempat melayat dan menghadiri pemakamannya.Â
Saya dan adik sempat berencana menerbangkan ibu dari Yogyakarta ke Banjarmasin. Namun, rencana itu urung terlaksana. Dengan pertimbangan waktu dan persiapan yang mepet, justru akan merepotkan ibu maupun keluarga Bu De di Kalimantan untuk menerima kedatangan para saudara dari Jawa.
Maka begitu mobil sepupu kami memasuki halaman rumah, keharuan sudah melingkupi kami semua. Pertemuan yang begitu lama dinanti terwujud di hari yang fitri.Â
Meski sepupu kami dan keluarga Bu De beragama Kristen, tak sedikitpun nampak penghalang dan kecanggungan di antara kami. Idulftiri memang perayaan agama, tapi mudik dan pertemuan di hari lebaran milik semua orang yang saling menautkan hatinya.
Satu demi satu adegan pertemuan di ambang pintu terjadi siang itu. Rumah yang tak terlalu luas pun menjadi terasa lebih lega oleh keluasan hati yang melingkupi kami.Â