Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Elektabilitas Kue Nastar Anjlok Jelang 2024, Saya Memilih Irut

21 April 2023   20:10 Diperbarui: 22 April 2023   09:11 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nastar kekinian berbentuk nanas, isinya tetap selai nanas (dok.pribadi).

Tadi sore saya sempat berpikir untuk menayangkan artikel dengan judul: "Ganjar Resmi Capres, Elektabilitas Kue Nastar Anjlok!". 

Namun, setelah saya timbang sebaiknya jangan terlalu aneh-aneh dalam membuat judul. Selain agar tidak terkena hukuman dari admin Kompasiana, saya juga belum yakin akan mengikuti model penulisan judul ala media mainstream seperti itu. 

Sekarang sudah jadi kelaziman media menggabungkan dua berita atau lebih yang sebenarnya tidak berkaitan, tapi dikemas dalam satu artikel rangkuman. Lalu judulnya dibuat bombastis. Kadang menimbulkan misinterpretasi dan kontroversi.

Saya termasuk yang kesal setiap menjumpai artikel-artikel dengan penggabungan judul seperti demikian. Sering saya tergelitik membacanya. Berharap isinya benar-benar aktual dan mendalam. Sayangnya tidak demikian.

Sebenarnya jika tadi saya menulis dua hal sekaligus dalam satu artikel, yakni perihal deklarasi Ganjar dan tren kue lebaran 2023, agaknya tidak akan melanggar aturan Kompasiana. Sebab media induknya seperti kompas.com dan kompas tv juga kerap melakukan  semacam itu. 

Namun, sebaiknya memang tidak saya lakukan.  Saya putuskan merombak sebagian isinya dan menayangkannya dengan judul lain yang lebih sesuai seperti tertulis di atas. 

Belum lama ini Goodstats.id merilis hasil survey  "Pola Perilaku Masyarakat Indonesia Sepanjang Idulfitri 2023". Survey tersebut menggali beberapa aspek dengan temuan yang menarik.

Antara lain mengenai rencana mudik masyarakat dan rata-rata anggaran yang disiapkan oleh orang Indonesia untuk menyambut lebaran 2023.

Lalu tentang jenis barang yang paling ingin dibeli, minuman yang paling pas untuk lebaran, hingga makanan khas yang diinginkan untuk disajikan saat Idulftitri 2023. Semua itu turut disurvey. Bahkan, jenis wafer yang difavoritkan orang Indonesia sebagai suguhan lebaran pun tak ketinggalan ditelisik.

Nastar bukan lagi kue favorit lebaran orang Indonesia (dok. Goodstats.id).
Nastar bukan lagi kue favorit lebaran orang Indonesia (dok. Goodstats.id).

Selain itu, ada satu telisik yang hasilnya cukup penting untuk diketahui. Yakni mengenai kue kering yang akan disajikan pada lebaran 2023. Jawaban responden terkini ternyata agak berbeda dengan keyakinan kita yang selama bertahun-tahun menobatkan nastar sebagai pemuncak klasemen kue lebaran. 

Survey Goodstats 2023 menunjukkan hasil yang berbeda. Nastar telah lengser dari posisi teratas. Menurut hasil survey tersebut, kue lebaran yang paling difavoritkan sebagai pilihan suguhan lebaran ialah Kastengel, yakni sebesar 25%. Baru disusul Nastar di posisi kedua (27%). 

Putri Salju, Kue Kacang, dan Kue Semprit berturut-turut ada di nomor 3, 4, dan 5. Sedangkan sisanya yang paling minoritas ialah kue "lainnya" (3%).

Bagi penggemar Nastar, hasil survey ini mungkin bisa menganggu tidur atau sedikit menimbulkan perasaan insecure. Saya bisa memahami karena Kue Nastar memang terlalu nikmat untuk ditolak. Kelezatan Nastar sudah tersohor. Disukai anak-anak hingga orang tua dan dijumpai di banyak rumah yang merayakan lebaran.

Kue Nastar juga telah menjadi semacam ikon lebaran selain ketupat. Berlebaran tanpa nastar dan ketupat seperti ada yang kosong.

Memang Nastar sering head to head dengan Kastangel. Basis penggemar kedua kue tersebut sama-sama besar. Sebagian fanatik dan cinta berat pada Nastar atau Kastangel. Mungkin bisa dianalogikan dengan fanatisme fans K-POP??

Kue Irut (dok.pribadi).
Kue Irut (dok.pribadi).

Meski demikian saya tak pernah benar-benar menyukai Kastangel. Jarang sekali saya mengambil Kastangel dari toples kue lebaran. Entah mengapa rasanya kurang masuk dengan lidah saya. Barangkali karena saya tidak menyukai keju.

Oleh karena itu kalau harus memilih antara Nastar dan Kastangel, jelas saya akan mengambil Nastar. Teksturnya yang lembut menyatukan gurih dan manis dalam keseimbangan rasa yang nikmat. Adanya selai nanas baik sebagai isian maupun toping saya sangat saya senangi.

Apalagi kini varian Nastar sebagai beragam. Jika dulu Nastar identik dengan bentuknya yang bulat atau setengah mangkuk, kini muncul Nastar dengan bentuk yang unik dan menuruti tema tertentu. Salah satunya Nastar berbentuk buah nanas. 

Namun, agaknya tahun ini elektabilitas Nastar telah anjlok. Bukan lagi menjadi pilihan utama, posisi Nastar diambil alih oleh Kastangel sebagai kue lebaran yang paling diinginkan orang Indonesia.

Apakah melesatnya elektabilitas Kastangel mencerminkan dominasi Gen-Z? Ataukah Nastar telah menjadi korban kampanye hitam yang sehingga citranya menurun dan sebagian penggemarnya mulai menimbang untuk memilih yang lain?

Yang menarik ialah kategori "lainnya" yang jumlahnya 3%. Saya lumayan penasaran dengan kue-kue yang masuk dalam golongan minoritas itu. 

Apakah Kue Irut yang sedang saya gemari sejak beberapa bulan belakangan termasuk salah satunya? 

Kue Irut sebenarnya sudah saya tahu sejak lama. Namun, tidak pernah saya menganggapnya sebagai kue yang istimewa. Apalagi bentuknya yang kurang menarik dan gampang pecah.

Akan tetapi semua berubah ketika pada suatu hari saya menemukan keponakan saya yang kelas satu SD sedang menonton TV seorang diri. Pandangannya yang hidmat ke layar diikuti dengan keasyikannya mengunyah. Di tangannya sebuah toples berisi Irut tinggal menyisakan setengahnya. 

Ia terus mengunyah kue tersebut. Sesekali mencelupkannya ke dalam minuman teh hangat. Sampai teh menjadi keruh karena tercampur oleh remah-remah Irut, keponakan saya seolah tak peduli.

Pemandangan menggemaskan itu membuat saya tergoda untuk bertanya kepadanya. 

"De, lagi makan apa?"
"Irut", jawabnya pendek sambil tetap mengunyah.
"Itu dari apa?", tanya saya lagi.
"Tepung", polos sekali jawabannya.

Tentu saja hampir semua kue kering dibuat dari tepung sebagai bahan utama.

Saya lantas meminta izin untuk mengambil Irut dari toples yang sedang dikuasainya. Sebuah saya ambil. Ternyata lumayan enak. Saya memintanya lagi. Ternyata memang enak. 

Rasanya cenderung manis. Teksturnya sangat halus dan lembut. Benar kata keponakan saya bahwa Irut terbuat dari tepung. Sebab ketika masuk ke dalam mulut, Irut mudah hancur tanpa perlu dikunyah secara serius.

Meski manis, Irut tak cepat membuat eneg. Mungkin karena komposisinya yang sederhana. Yakni, dominan sagu. 

Kue Irut (dok.pribadi).
Kue Irut (dok.pribadi).

Satu-satunya ujian saat menikmati Irut dalam jumlah banyak ialah jika tidak dibarengi dengan segelas minuman. Seringkali Irut menyisakan gumpalan tepung di langit-langit mulut. Seperti yang dicontohkan oleh keponakan saya, segelas teh hangat paling pas sebagai pengiring Irut.

Lebaran tahun ini saya memfavoritkan Irut. Tak masalah harus menjadi kelompok minoritas yang hanya 3% jumlahnya.

Kepada penggemar dan pemilih setia Nastar, semoga posisinya di nomor dua tak semakin tergerus. Jangan sampai pada 2024 elektabilitas Nastar kembali anjlok. Akan jadi sejarah jika lebaran tahun depan, Nastar turun ke nomor 3 atau malah lebih naas lagi disalip oleh Irut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun