Menariknya, meski ketiga area tersebut  berdekatan dan ramai wisatawan, Hutan Pinus Limpakuwus tetap bersih. Tak terlihat sampah-sampah bertebaran. Tak tercium pula aroma sampah atau sisa kegiatan camping.
Lewat kenyataan tersebut, persepsi terhadap perilaku wisatawan lokal yang dianggap sering buang sampah sembarangan dan kurang peduli terhadap kebersihan tempat wisata bisa luntur dengan sendirinya.Â
Memang sudah seharusnya demikian. Menjadi wisatawan tidak boleh egois. Alam sudah mewariskan keindahan sehingga kita bisa menikmatinya. Maka sebagai timbal balik dan tanggung jawab, kita harus menjaga. Alam yang indah perlu dirawat bersama dan seterusnya.
Berwisata boleh narsis. Spot-spot foto tematik bisa melengkapi pengalaman menyenangkan yang kita cari dari aktivitas berwisata. Namun, perilaku narsis perlu dibarengi dengan kesadaran bahwa orang lain juga berhak untuk merasakan pengalaman yang sama. Caranya dengan tidak merusak dan mencemari lingkungan sekitar. Itulah yang dinamakan narsis, tapi tidak egois.Â
Kesadaran semacam itu nampaknya semakin tumbuh dan dimiliki oleh banyak masyarakat Indonesia ketika berwisata.Â
Pengelola wisata Hutan Pinus Limpakuwus juga patut diapresiasi. Sebab ada banyak papan imbauan dan tempat sampah yang disediakan di area wisata. Itu memperlihatkan bahwa imbauan saja belum cukup. Perlu disertai fasilitas yang memadai untuk membiasakan wisatawan agar tidak membuang sampah sembarangan. Imbauan menjaga kebersihan tidak akan efektif jika tempat-tempat sampah sulit dijumpai.
Tak hanya kepedulian wisatawan dan perhatian pengelola wisata yang baik, kesadaran para penjual makanan dan minuman di Hutan Limpakuwus untuk menjaga kebersihan juga membuat nyaman. Warung-warung mereka bersih. Harga yang ditawarkan pun wajar. Nampak para penjual tak sekadar mencari keuntungan ekonomi, tapi juga peduli pada  keberlangsungan aktivitas wisata. Apalagi para penjual itu merupakan penduduk sekitar.
Warung-warung makanan dan minuman di Limpakuwus dikelompokkan dalam satu area di dekat pintu masuk dan area parkir. Tak ada penjual yang berseliweran di area hutan. Penataan itu membuat penanganan sampah menjadi lebih efektif.
Di Limpakuwus kita bisa menemukan bentuk tanggungjawab bersama yang diperankan oleh pengelola wisata, para wisatawan, serta masyarakat lokal. Pada dasarnya mereka adalah pihak-pihak yang mendapat keuntungan dan kebahagiaan dari Hutan Pinus Limpakuwus.Â
Pada libur lebaran  hampir bisa dipastikan tempat-tempat wisata alam seperti Hutan Pinus Limpakuwus akan lebih ramai dikunjungi wisatawan. Pada saat itulah kesadaran kita untuk tetap berlaku baik pada lingkungan akan diuji. Biasanya karena larut dalam euforia wisata, banyak orang cenderung memaklumi tindakan-tindakan buruk seperti buang sampah sembarangan, membawa makanan berlebihan, parkir sembarangan, merokok di sembarang tempat dan sebagainya.