Wabah sudah selesai. Begitu anggapan orang-orang. Walau masih ada ribuan yang sakit, orang sudah tak peduli. Alun-alun di tengah kota pun telah kembali menjadi pusat keramaian. Apalagi sekarang bulan puasa.Â
Tatkala sore, orang-orang berdatangan dari berbagai penjuru. Para penjual aneka makanan dan minuman menikmati kelimpahan pembeli. Penjaja kolak, es dawet, es sirup, dan minuman-minuman segar lain mendulang rezeki. Penjual sate, bubur, bakmi, nasi langgi, hingga gerobak-gerobak angkringan, semuanya sibuk. Mereka tak perlu susah payah berteriak menawarkan jualannya. Orang-orang telah mengerti ke mana harus mampir.
Pada salah satu gerobak angkring di pojok alun-alun,  Marso dan Saliyo sedang asyik mencari angin. Keduanya akrab mengobrol, bertukar cerita dan kenangan dengan keringanan hati. Mereka  sudah lama tak bersua.Â
Marso dan Saliyo berkawan sejak SMP. Kebersamaan mereka bersambungan sampai SMA. Setelah itu Marso langsung mewarisi sawah orang tuanya yang tak begitu luas, tapi memberi hasil lumayan saat panen. Sementara Saliyo  merantau ke ibu kota. Dimulai dengan menjadi pelayan di rumah makan, sekarang Saliyo mudik dengan status sebagai pengojek online.
Sore itu mereka janjian bertemu. Suasana alun-alun memang mengasyikkan sebagai tempat pertemuan. Termasuk reuni orang-orang yang sudah lama tak saling jumpa.
Datang lebih awal, Marso dan Saliyo menunggu kedatangan Rohmat. Berbeda dengan Marso dan Saliyo yang sudah berteman sejak SMP, Rohmat baru masuk dalam ikatan pertemanan ketika di SMA. Walau demikian keakraban yang kuat segera mereka miliki.
Di antara ketiganya, hanya Rohmat yang punya kesempatan masuk ke universitas. Ayahnya yang juragan ayam potong, mengirim Rohmat ke kampus jurusan ekonomi. Sudah barang tentu maksudnya agar Rohmat menjadi pengusaha sukses.Â
Oleh karena Saliyo merantau lama, ia tak tahu persis kabar Rohmat sekarang. Pada Marso ia  putuskan bertanya. Sebab yang ia tahu, setelah kuliah Rohmat kembali ke kampung halaman, kembali satu kota dengan Marso.
Ternyata Marso juga kurang tahu pasti. Hanya lewat beberapa pertemuan singkat Marso mendapat kesan Rohmat telah "jadi orang". Mungkin  mewarisi usaha orang tuanya sebagai peternak sukses.Â
"Motornya bagus, kalau ketemu sering pakai kemeja dan wangi", kata Marso kepada Saliyo.Â