Kedua, bisa jadi karena tak makan sahur seseorang menjadi kekurangan energi. Kemudian tak sanggup menuntaskan puasanya sampai maghrib. Diam-diam ia membatalkan puasanya.Â
Lagipula mi instan yang praktis dan sederhana itu bisa dipandang sebagai simbol bahwa Ramadan mengajarkan kita untuk tidak berlebih-lebihan. Makan minum secukupnya dan seadanya.
Barangkali pula mi instan yang mudah didapat dan gampang disiapkan merupakan perlambang bahwa orang yang berpuasa dengan ikhlas tidak akan mengalami kesulitan. Allah akan memudahkan umatnya yang berpuasa atas dasar keimanan. Tak akan menderita orang-orang yang berpuasa karena menaati perintah Allah.
Mi instan rebus adalah bagian dari kemudahan itu. Kita cukup perlu merebus air untuk mulai menyiapkannya. Berikutnya tergantung bahan lain yang tersedia. Telur bisa ditambahkan sebagai tambahan protein. Mi rebus akan semakin mantap dan gurih jika ada telur di dalamnya. Cocok pula dengan tahu yang merupakan protein nabati. Jika ada sayur lebih baik lagi karena banyak serat dan vitaminnya. Sedikit irisan cabe dan bawang putih segar saya sukai.
Itu sudah cukup sebagai makan sahur. Nikmatnya tak pernah gagal. Nikmat yang perlu kita syukuri sebagaimana kita bersyukur masih diberi kesempatan untuk berpuasa Ramadan tahun ini. Masih diberi kesehatan sehingga bisa bangun sahur.
Sahur adalah makan yang penuh berkah. Termasuk makan sahur dengan mi instan. Oleh karenanya jangan remehkan mi instan. Sebab semangkuk mi rebus atau mi goreng pada sahur pagi ini, bisa jadi awal dari keberkahan puasa kita sepanjang hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H