Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berpuasa Bukan karena Iming-iming Pahala dan Surga

1 April 2023   20:15 Diperbarui: 1 April 2023   20:19 2065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lafaz Allah di Masjid Kampus UGM (dok.pribadi).

"Aku diajari berpuasa bukan karena keinginan naik surga. Kakek mengajarku buat menahan keinginan, untuk mengetahui sampai di mana aku dapat mengatur kekuatan. Hingga akhirnya aku mengenal kekuatan tersebut".

Kalimat di atas saya ingat dan kutip dari buku Nh. Dini yang berjudul "Sebuah Lorong di Kotaku". Sudah tentu bukan buku pelajaran agama. Namun, di dalamnya tersurat penghayatan seorang manusia tentang ibadah puasa.

Sekadar kisah, saat kecil Nh. Dini pernah menghabiskan liburan Ramadan dengan "mondok" di rumah kakeknya. Tanpa ditemani orang tuanya, Nh. Dini yang anak kota membiarkan dirinya menyerap pelajaran-pelajaran hidup dari kehidupan desa  dan ajaran sang kakek. Spiritualisme dan prinsip-prinsip hidup yang kelak membentuk jati dirinya sebagian dipengaruhi oleh pengalamannya mengamati dan berinteraksi dengan sang kakek.

Sepintas kebanyakan kita mungkin bingung atau malah tidak setuju dengan kata-kata Nh. Dini di atas. Rasanya ada yang keliru jika "berpuasa bukan karena keinginan naik surga". 

Pada umumnya orang justru meyakini dan memaknai berpuasa sebagai salah satu ibadah yang besar pahalanya. Limpahan pahala puasa serta pahala-pahala lain yang berkali lipat selama Ramadan ibarat modal bagi seseorang masuk surga.

Tidak salah berpuasa atas dasar mengharapkan imbalan pahala. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadist Bukhari yang berbunyi. "Barangsiapa berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala Allah, maka terampuni dosa-dosanya yang telah lalu".

Selain itu dalam sabda lainnya, Rasulullah berkata, "Barangsiapa termasuk ahli puasa, ia akan dipanggil dari pintu Rayyan".

Pintu Rayyan atau Ar-Rayyan adalah salah satu dari delapan pintu surga. Pintu ini kelak akan menjadi jalan masuk eksklusif bagi orang-orang yang berpuasa.

Dengan demikian, bukankah sudah benar dan wajar jika seseorang berpuasa dengan maksud untuk meraih pahala serta masuk surga? 

Tentu berpuasa karena motivasi pahala masuk surga tidaklah keliru. Layaknya orang-orang yang beribadah, tapi tidak mengharapkan balasan yang bersifat duniawi. Melainkan mengharap balasan di akhirat kelak.

Walau demikian ada semacam peringatan bahwa amal perbuatan yang dijalankan pertama-tama atas dasar kesadaran menjalankan perintah Allah lebih mulia dibanding harapan mendapatkan pahala. 

Artinya dalam konteks berpuasa, motivasi mematuhi perintah Allah lebih utama dibanding perasaan ingin mendapatkan imbalan dan pahala sebesar-besarnya. Sebab jika seseorang berpuasa semata-mata karena adanya janji pahala tertentu, ia bisa jadi akan  "hitung-hitungan". Lalu menjadi "pilih-pilih" amalan. 

Diangggapnya jika sudah salat berjamaah saat Ramadan ia telah mengantungi banyak pahala sehingga tidak perlu melakukan amalan Ramadan yang lain yang ganjaran pahalanya lebih kecil.

Begitulah masalahnya. Jika dianggap bahwa berpuasa sudah cukup sebagai garansi untuk melewati pintu surga, dikhawatirkan kita menjadi malas dan lalai menjalankan ibadah-ibadah lain yang diperintahkan oleh Allah. 

Kini bisa dipahami maksud "Aku diajari berpuasa bukan karena keinginan naik surga". Itu bukan berarti manusia tidak butuh pahala serta imbalan puasa. Namun, berpuasa menjadi lebih utama saat manusia memaknainya lebih dalam sebagai  ketaatan menjalankan perintah Allah. Puasa perlu dimaknai sebagai media untuk menyempurnakan keimanan  kita kepada sang Pencipta. 

Pada titik ini kita boleh bertanya pada diri sendiri. Apakah dorongan kita beribadah masih sebatas karena iming-iming pahala? Lalu apa jadinya jika Allah tidak menjanjikan pahala? Apakah kita akan meninggalkan puasa dan menjauhi-Nya?

Ataukah kita telah berpuasa karena meyakini seutuhnya bahwa perintah itu seluruhnya demi kebaikan kita?

Kemudian puasa juga "mengajari manusia menahan keinginan dan mengatur kekuatan". Itu bermakna manusia pada dasarnya lemah. Oleh karena itu, untuk menjadi kuat kita perlu  mendekatkan diri pada Allah. Agar kuat kita butuh perisai. 

Salah satu perisai itu ialah puasa pada bulan Ramadan. Dengan berpuasa kita membentengi diri dari godaan hawa nafsu. Dengan berpuasa kita dilatih sekaligus diberi kekuatan melawan keinginan-keinginan buruk.

Puasa Ramadan memang membawakan banyak pahala, kebaikan dan rahmat. Namun, berpuasalah karena kita membutuhkannya untuk menyempurnakan iman. Berpuasa karena ketaatan menjalankan perintahNya. Dan berpuasa karena kita yakin puasa akan menjadikan kita pribadi-pribadi yang semakin kuat dan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun