Semakin dalam menyusuri lorong jalan, semakin tampak ketuaan kampung. Terutama saat tiba di muka Masjid Sekayu yang sudah berdiri sejak sebelum Nh. Dini dilahirkan.
Dari masjid tersebut rumah Nh. Dini tinggal beberapa langkah saja. Namun, saya masih perlu melalui sebuah lorong jalan lagi. Di ujung jalan, sebelum menikung ke arah berikutnya, berdiri sebuah rumah yang lebih besar dari sekitarnya. Rumah berhalaman luas dengan banyak tanaman di halaman muka dan sampingnya. Dengan dua toren besar di atas menara besi yang menjulang. Rumah yang secara keseluruhan menampilkan rupa sederhana, tenang, sekaligus kokoh.
Berada di tengah kota Semarang dan terhimpit oleh gedung-gedung besar, Sekayu bagai sebuah lorong waktu yang mengizinkan siapa pun menjumpai sepenggal masa lalu di sana.
Pagi itu, akhirnya saya tiba di depan rumah Nh. Dini.
** Cerita sebelumnya: Semangkuk Soto di Belakang Rumah Nh. Dini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H