Orang-orang datang ke stadion dengan taruhan nyawa. Pergi untuk menonton pertandingan seperti pamit ke sebuah tempat paling membahayakan.
Sebesar apapun spanduk bertuliskan "Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa Manusia" ternyata tak pernah mengubah sepakbola Indonesia. Selantang apapun seruan damai didengungkan dari sudut-sudut tribun, suaranya tak pernah benar-benar sampai. Dan sekeras apapun usaha untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia, sejauh ini tak banyak keindahan yang diciptakan.
Tidak seberapa penting sepakbola Indonesia jarang menjadi juara. Tapi terlalu menyakitkan bahwa sepakbola yang kita rayakan selama ini ternyata bukan tentang kisah herois orang-orang yang menorehkan sejarah untuk kebahagiaan dan kemanusian. Melainkan kisah kelam tentang manusia-manusia yang kehilangan jiwa dan hidupnya. Tentang luka yang mungkin akan sangat sulit disembuhkan,
Jika tak ada sepakbola yang seharga 1 nyawa, maka bagaimana kita menyebut sepakbola yang menghilangkan ratusan nyawa hanya dalam semalam?
Turut berduka sangat mendalam untuk seluruh korban. Namun, jika duka dan sakit paling mendalam pun tak lagi bisa membawa harapan dan perubahan, mungkin sudah waktunya menyudahi cerita tentang sepakbola.
Sepakbola sudah mati di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H