Ferdy Sambo memang hanya nama satu orang. Namun, jika diurai dari keterlibatan 83 polisi yang sedang diperiksa dan sejumlah perwira yang diduga membantu kejahatannya, jelas bahwa "kenakalan" Ferdy Sambo bukanlah kenakalan oknum. Melainkan cerminan dari kerusakan sistem.
Bisa dibayangkan sistem berlapis yang sempat diupayakan untuk mendukung skenario kejahatan Sambo digulirkan mulai dari level Polres, Polda, hingga Bareskrim. Ferdy Sambo memanfaatkan sistem jaringan pengikutnya di banyak level tersebut.
Sampai kemudian menyeruak isu tentang "mabes di dalam mabes", "kekaisaran Sambo", "bintang 2 rasa bintang 5" dan sebagainya. Semua itu menunjukkan bahwa kejahatan Ferdy Sambo sulit untuk "dibela" dengan sebutan perbuatan oknum. Sebab dalam merencanakan dan melakukan kejahatannya, Ferdy Sambo memanfaatkan sistem yang dibangunnya dengan melibatkan banyak polisi dari berbagai level.
Oleh karena itu, Ferdy Sambo bukanlah noda yang setitik. Melainkan sebelanga noda. Dari  Sambo terpampang jelas adanya pelanggaran hukum secara hebat. Tidak hanya satu kejahatan, tapi berbagai tindak kejahatan sekaligus. Tercermin pula masalah di dalam sistem yang lebih besar.
Begitu kuatnya noda yang Sambo hasilkan, sehingga bercaknya pun seolah mencemari  dan menutupi putihnya susu dari wadah-wadah lain yang lebih kecil. Periksalah media sosial saat ini. Banyak unggahan yang memperlihatkan sindiran dan cemoohan warga pada polisi di sekitarnya yang sedang bertugas.
Ada sekelompok polisi yang sedang berlari pagi, lalu disoraki "Sambo, Sambo!" oleh pengguna jalan. Ada polisi yang sedang mengikuti karnaval, lalu masyarakat di pinggir jalan meneriakkan nama "Sambo" dengan nada mengejek.
Ada pula live streaming yang menghadirkan polisi, tapi kolom komentar dan chat dibanjiri dengan ketikan "sambo".
Mungkin gara-gara Ferdy Sambo, individu-individu polisi sekarang mulai minder saat keluar rumah dan melewati tetangga. Was-was seandainya tiba-tiba ada tetangga yang menyapa dengan candaan: "Pagi, Pak Sambo", atau "Mau berangkat ya? Salam buat Pak Sambo, ya..".
Bisa jadi masyarakat pun akan mulai mengubah sebutan "kantor polisi" dengan "kantor Sambo" atau "ditilang polisi" menjadi "ditilang Sambo". Sebab masyarakat tidak percaya lagi pada polisi.
Apapun tentang polisi akan dikaitkan dengan Sambo. Kebaikan yang besar akan dibanding-bandingkan dengan kejahatan besar yang diperbuat Ferdy Sambo.
Sedangkan kebaikan yang kecil akan diremehkan karena dianggap tidak sebanding dengan kejahatan Ferdy Sambo.