Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Sambo Tersangka, Kemenangan Para "Jenderal Putih"?

10 Agustus 2022   09:49 Diperbarui: 10 Agustus 2022   17:03 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapolri dan para jenderal penentu pengungkapan kasus pembunuhan yang didalangi oleh jenderal (ilusitasi: tangkapan layar kompastv).

Suara Jenderal Listyo Sigit Prabowo tiba-tiba terjeda. Ucapannya terhenti agak lama setelah menyebut "penembakan terhadap saudara J yang mengakibatkan saudara J meninggal dunia yang dilakukan oleh saudara RE atas perintah saudara FS".

Momen itu terjadi saat Kapolri menyampaikan perkembangan penyidikan kasus pembunuhan Brigadir J pada Selasa (9/8/2022) malam.

Kali pertama dalam sejarah Kepolisian Republik Indonesia, pengumuman tersangka pembunuhan dilakukan dan dihadiri oleh 7 jenderal polisi sekaligus. Bukti bahwa kejahatan tersebut memiliki efek yang sangat besar dan serius di dalam tubuh institusi penegak hukum. Sekaligus menghadirkan beban dan tantangan yang sangat berat bagi kepolisian. Sebab dalangnya diduga seorang jenderal bintang 2 yang bersekongkol dengan banyak unsur di markas polisi.

Beratnya beban dan pukulan tersebut yang kemungkinan membuat Kapolri Listyo Sigit Prabowo harus menahan sebentar kata-katanya. Meski apa yang perlu disampaikannya sudah tertulis di lembar kertas yang dipegangnya, tapi untuk mengucapkannya butuh tenaga dan hati yang luar biasa kuat.

Oleh karena itu pula hadirnya 6 jenderal senior yang berbaris di belakang Kapolri kemarin malam punya makna istimewa. Secara simbolik pesannya tidak hanya ditujukan ke keluar, tapi juga ke dalam.

Pesan keluar ditujukan kepada masyarakat dan bangsa Indonesia bahwa Polri masih tangguh sebagai penegak hukum yang bisa dipercaya. Keterlibatan Kapolri dan para jenderal secara langsung dalam pengungkapan kasus ini agar masyarakat melihat keseriusan dan keprofesionalan polisi meski tersangkanya berasal dari dalam markas polisi sendiri.

Jika pesan keluar tersebut telah dimengerti oleh publik dan sudah sepantasnya dilakukan oleh polisi, maka pesan ke dalam maknanya lebih tajam lagi.

Bukan sekadar karena tersangkanya seorang jenderal sehingga yang menyampaikannya pun harus para jenderal, melainkan juga untuk menunjukkan bahwa Kapolri mendapat back up positif dari para pembantu utamanya.

Konferensi pers yang dihadiri oleh 7 jenderal ibarat kode keras bagi semua penghuni markas polisi bahwa ada banyak "jenderal putih" yang masih teguh menjadi penjaga wibawa institusi.

Pesan ke dalam yang mengandung kode keras tersebut sangat penting karena kasus pembunuhan di Duren 3 kembali menguak adanya kelompok-kelompok dalam tubuh kepolisian. Mereka saling bersaing sekaligus berusaha mengekang satu sama lain. Hal itu disadari dan diakui oleh Timsus yang dalam konferensi pers semalam menyebut sejumlah personel, termasuk jendral bintang 1, telah menghambat penanganan kasus sejak awal.

Kapolri dan para jenderal penentu pengungkapan kasus pembunuhan yang didalangi oleh jenderal (ilusitasi: tangkapan layar kompastv).
Kapolri dan para jenderal penentu pengungkapan kasus pembunuhan yang didalangi oleh jenderal (ilusitasi: tangkapan layar kompastv).

Tidak mudah bagi para jenderal untuk menindak sesama bintang. Butuh kebesaran hati sekaligus keberanian tinggi untuk mengatakan bahwa selain seorang jenderal bintang 2, ada pula dua jenderal bintang 1 yang terlibat dalam persekongkolan.

Jika seorang jendral saja punya jejaring luas, maka bisa dibayangkan seberapa kuat lingkaran relasinya jika yang terlibat 3 jenderal sekaligus.

Pengaruh dan dinamika di lingkaran para jenderal tersebut telah diwaspadai. Bahkan, usai konferensi pers semalam Kadiv Humas Polri mengakui adanya potensi gangguan di lapangan sehingga Brimob diturunkan untuk mengamankan penggeledahan di rumah FS dan mertuanya.

Dengan kata lain, meski kasus ini telah mendapat perhatian luas dari masyarakat dan dikawal langsung oleh Kapolri, pergerakan kelompok-kelompok di tubuh polisi bisa memunculkan ancaman tersendiri. Maka tak heran jika Kepala Badan Intelejen Polri turut serta dalam konferensi pers semalam.

Pemahaman adanya perang bintang yang cukup intensif di markas polisi juga lah yang membuat Presiden Jokowi turun tangan.

Lima kali memberikan pernyataan terkait pembunuhan Brigadir J, presiden tidak hanya sedang memberi perintah kepada polisi. Melainkan sebenarnya sedang membackup langsung Kapolri yang merupakan orang kepercayaannya. Pentingnya sokongan dari kepala negara itu seolah dibenarkan oleh Kapolri yang berulang kali menyinggung instruksi presiden dalam konferensi pers semalam.

Konferensi pers oleh Kapolri bersama para jenderal semalam memang membawa hal positif. Selain memuat harapan bagi penegakan hukum yang lebih adil dan transparan, masyarakat pun bisa menarik nafas lega karena sejauh ini perang bintang masih mampu dikendalikan oleh para jenderal putih.

Walau demikian penting untuk memperhatikan pengakuan dua pengacara Bharada RE. Beberapa jam sebelum konferensi pers oleh Kapolri, kedua pengacara dalam wawancara dengan stasiun TV menceritakan bahwa mereka sempat diminta oleh seorang pejabat berpengaruh di Bareskrim untuk berhenti mendampingi RE.

Jika itu benar adanya, maka semakin jelas adanya pertarungan antar kelompok di dalam tubuh polisi. Sebab para pengacara Bharada RE ditunjuk oleh Bareskrim, sementara ada pihak di Bareskrim yang juga tidak menyenanginya.

Isyarat bahwa perang bintang masih dan akan tetap berlanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun