***
Sejumlah hal penting dilupakan atau mungkin kurang dipahami oleh mereka yang bersikap toksik dan picik terhadap pilihan Jordi Amat.
Perlu disadari oleh para suporter bahwa meski Jordi Amat tergolong pemain tangguh, tapi di Eropa saat ini ia hanya tergolong tier 2. Ia bukan termasuk jajaran pemain top yang mudah dilirik oleh klub-klub dari liga yang lebih mapan di benua biru. Jordi bukan bintang yang bisa leluasa memilih di liga mana akan merumput. Liga Belgia yang terakhir kali ditapakinya pun hanya tergolong liga menengah di Eropa.
Berikutnya faktor usia dan posisi bermainnya sebagai bek yang banyak pesaingnya. Klub-klub Eropa, terutama yang tidak terlalu besar, cenderung memprioritaskan bek lokal yang berusia lebih muda.
Dengan kata lain, Jordi Amat yang seorang bek berkepala 3 dari Liga Belgia dan (akan) berpaspor Indonesia kecil peluangnya untuk dilirik klub dari liga yang lebih mapan di Eropa. Pilihannya telah semakin terbatas pada klub-klub kecil dan menengah dari liga tier 2 yang mungkin tidak bisa menawarkan banyak hal menarik baginya.
Jordi pasti menyadari semua itu sehingga ia harus segera menyesuaikan jalan karir selanjutnya. Ia memilih bersikap realistis bahwa dengan menjadi warga negara Indonesia, ia perlu menimbang pilihan yang paling menjamin penghidupannya sebagai seorang pesepakbola sampai akhirnya ia akan gantung sepatu pada saatnya nanti. Saat tidak banyak klub di Eropa yang menaruh minat lagi kepadanya, berkarir di Asia atau Asia Tenggara lebih bisa diharapkan.
Siapa bilang Liga Malaysia sama kualitasnya dengan Liga Indonesia? Nyatanya dalam beberapa tahun terakhir Liga Malaysia lebih pesat kemajuannya. Dari segi penyelenggaraan dan infrastruktur, Liga Malaysia lebih profesional dibanding liga di negara kita yang berlabel profesional, tapi amatir dalam praktiknya.
Bermain di Malaysia akan membuat Jordi lebih mengenal sepakbola Asean dan Asia. Ini baik baginya sekaligus menguntungkan bagi Indonesia.
Kemampuannya tidak akan hilang begitu saja hanya karena bermain di Malaysia. Jordi yang telah matang sebagai pemain justru akan tetap bisa merasakan sepakbola level tinggi bersama JDT yang telah jadi langganan Liga Champions Asia.
Kekhawatiran bahwa Jordi tak akan dilepas ke timnas Indonesia untuk turnamen regional juga kurang sesuai. Sebab kenyataannya selama ini klub-klub Asean lebih bisa berkompromi untuk mengizinkan pemain bergabung ke timnas. Kalender liga-liga Asean lebih ramah terhadap turnamen seperti Piala AFF. Berbeda dengan klub-klub Eropa yang dikenal teguh berpatokan pada kalender dan agenda resmi FIFA.
Pendukung Indonesia seharusnya melihat keputusan Jordi Amat merumput di Asean secara mendalam sebagai bagian dari pengorbanannya demi tanah air barunya.
Tidak sepantasnya suporter mencemooh bahkan menuntut pembatalan naturalisasinya. Itu merupakan salah satu hal terkonyol sekaligus terburuk yang dilakukan oleh pendukung. Seolah mereka yang menolak atau melarang Jordi ke Malaysia ikut andil dalam penghidupan sang pemain bersama keluarganya.