Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang "Hilang" dari Para Penjual Keliling Sekarang

21 Juni 2022   08:51 Diperbarui: 21 Juni 2022   11:52 2047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serupa dengan Rahmat, penjual bakpao yang biasa lewat pukul 06.00 pun mengikuti tren serupa. "Bakpao-bakpao, ada rasa coklat, kacang ijo, blueberry".

Sesungguhnya tak ada yang istimewa dari rangkaian kata-kata itu. Tapi pada akhirnya bunyi-bunyian tersebut memberi warna pagi hari di tempat tinggal kami. Bahkan, suara yang diulang terus menerus itu bisa membuat pendengarnya jadi tertarik untuk membeli. Saya termasuk pelanggan bakpao kacang hijau darinya.

Apakah suara buatan tersebut mengandung sihir yang memikat pembeli? Entahlah. Yang pasti penjual dawet keliling tak mau ketinggalan. "Dawet segar, dawet segar, dawet segar".

Hanya itu bunyi yang diperdengarkan. Tapi karena diulang terus menerus, semakin lama suaranya seperti punya kekuatan menarik pembeli.

Begitu pula penjual daging ayam potong. Setiap kali ia singgah dan lewat, saat itu pula terdengar pengeras suaranya yang khas dan nyaring berbunyi. "Assalamualaikum, ibu-ibu, ayam...ayam..."

Pengeras suara di keranjang penjual sayur keliling (dok. pribadi).
Pengeras suara di keranjang penjual sayur keliling (dok. pribadi).
Kalau penjual sayur, bakpao, dawet, dan daging ayam sudah saya hafal bunyi speakernya, belakangan saya terkesima oleh penjual jagung dan singkong rebus yang ikut-ikutan menggunakan suara buatan.

Dengan sepeda motor ia berkeliling sore hari. Melaju lambat di depan rumah,  speakernya berbunyi, "jagung rebus, singkong rebus, kacang rebus".

Singkat dan pendek kata-katanya. Tapi lagi-lagi punya kekhasan. Seperti suara laki-laki yang dilatih secara khusus untuk memproduksi bunyi-bunyian bagi penjual keliling. Bahkan, kalau didengarkan secara seksama suara-suara buatan dari speaker para penjual keliling tersebut punya tone yang mirip.

Entah esok penjual keliling apa lagi yang akan kehilangan suaranya karena diganti dengan suara buatan dari speaker. Mungkin juga para penjual di pasar akhirnya akan mengikutinya.

Bayangkan seandainya itu benar-benar terjadi. Di pasar tradisional ramai terdengar suara para penjual cabe, tomat, minyak, beras dan sebagainya tiada henti menawarkan dagangannya.

Namun, setelah diamati mereka tidak sedang berteriak. Mulut mereka tertutup. Bibirnya pun mengatup. Mereka tidak mengeluarkan suara. Melainkan sedang adu pengeras suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun