Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepakbola Indonesia Tidak Butuh Saran dari Mesut Ozil

27 Mei 2022   08:35 Diperbarui: 27 Mei 2022   19:13 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan pesepak bola Timnas Jerman Mesut Ozil berjalan keluar setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (24/5/2022) ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL via KOMPAS.com

Sayangnya Ozil belum tahu bahwa sepakbola Indonesia tidak menganut teori dan hukum pembinaan olahraga manapun.

Statuta FIFA saja bisa dilawan dan diterjemahkan sesuka hati. Apalagi sekedar saran dari orang asing. Kemungkinan besar tidak akan didengar. Andai didengar, belum tentu akan dipikirkan dan ditindaklanjuti.

Ozil perlu tahu bahwa para pejabat dan pengurus sepakbola Indonesia merupakan penganut ideologi "anti-proses". Kata-kata "investasi di bidang olahraga" tidak disukai di negeri ini. Sebab investasi sama artinya dengan proses. Sementara proses butuh kesabaran. Itu sesuatu yang merugikan bagi kepentingan jangka pendek.

Mesut Ozil di stadion GBK (foto: Bola.com/Bagaskara Lazuardi).
Mesut Ozil di stadion GBK (foto: Bola.com/Bagaskara Lazuardi).

Dalam sudut pandang para pejabat pemerintah dan pengurus sepakbola, sedapat mungkin proses harus diperpendek. Investasi tidak perlu mahal. Kalau bisa prestasi ditempuh semi-instan. Artinya tetap ada prosesnya, tapi sekadarnya saja. Terpenting ialah bisa jadi juara secepat mungkin.

Itulah yang terjadi di sepakbola Indonesia selama ini. Baik pengurus klub maupun federasi sama-sama menganut ideologi "anti-proses". Dulu bahkan ada yang bilang "kalau wartawannya bagus, timnasnya akan bagus". Itulah salah satu contoh pandangan dalam ideologi "anti-proses".

Pengurus sepakbola di Indonesia lebih senang buang-buang uang untuk membayar para pemain overrated dibanding berinvestasi menyediakan fasilitas latihan dan akademi. Seolah liga sepakbola Indonesia sudah sangat profesional dan maju, hampir semua klub menargetkan kemenangan dan juara dengan sempurna. Jika ada masalah, klub terobsesi dengan mengganti pelatih sesering mungkin dibanding mengevaluasi dan memperbaiki akar masalahnya.

Tabiat tersebut juga ditiru oleh federasi. Atau malah sebenarnya federasi yang menularkan tabiat buruk itu pada klub-klub.

Oleh karenanya saran atau nasihat dari Ozil di atas bukanlah sesuatu yang ingin didengar oleh PSSI dan klub. Mereka tidak butuh nasihat itu. Pemerintah pun agaknya tidak akan mencatatnya sebagai masukan.

Lagipula saran seperti yang diucapkan Ozil sudah berulang kali disuarakan oleh banyak pihak. Termasuk oleh Shin Tae-yong di sela-sela Sea Games Vietnam lalu.

Pelatih timnas tersebut bahkan meminta para suporter dan netizen Indonesia untuk menuntut PSSI agar menyediakan fasilitas pelatihan yang memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun