Untungnya harapan muncul dari Putri KW yang mampu menemani Gregoria di podium perunggu. Ada pula Bilqis dan Komang yang baru saja "tebar pesona" di Piala Uber.
Senasib dengan tunggal putri, sektor ganda campuran pun tak sesuai harapan. Dua pasangan utama Pelatnas Cipayung gagal juara usai dikalahkan oleh pelapis ganda campuran Malaysia.
Dengan demikian cukup alasan untuk mengatakan bahwa hasil Sea Games di Vietnam mencerminkan bahwa bulutangkis Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ada ketimpangan yang cukup lebar dalam pembinaan bulutangkis tanah air. Ketimpangan yang tidak hanya antar sektor, tapi juga antar generasi. Itu tercermin dari prestasi di nomor beregu dan perorangan.
Menganggap prestasi bulutangkis Indonesia masih "mending" dibanding negara jiran seperti Malaysia dan Singapura merupakan kekeliruan. Sebab kemajuan bulutangkis dunia saat ini bergulir sangat cepat.
Menilai keberhasilan pembinaan bulutangkis tidak bisa dengan hanya membandingkannya dengan satu negara jiran. Untuk mengukur kekuatan bulutangkisnya, Indonesia perlu melihat kemajuan yang dicapai oleh lebih banyak negara.
Jika Sea Games menggambarkan peta kekuatan olahraga di kawasan dan setiap pertandingan mencerminkan kualitas pembinaan cabang olahraga. Maka Sea Games ke-31 di Vietnam menyuguhkan fakta kurang menyenangkan bagi bulutangkis Indonesia.
Bulutangkis Indonesia perlu terus berbenah agar bisa bangkit lebih cepat. Terlena dengan capaian masa lalu dan terjebak dalam rivalitas sempit dengan negara tertentu akan membuat Indonesia sulit merebut kembali supremasi-supremasi utama bulutangkis dunia. Piala Thomas & Uber serta Piala Sudirman yang mensyaratkan kekuatan merata antar sektor dan generasi akan sulit digapai.
Paceklik gelar di tunggal putri dan ganda campuran akan berlangsung lebih lama jika tak ada pembinaan dan pembenahan radikal mengingat semakin banyak negara yang telah mengungguli Indonesia di kedua sektor tersebut. Padahal beberapa tahun lalu Indonesia ditakuti di sektor ganda campuran. Beberapa dekade lalu para tunggal putri Indonesia bagaikan ratu di arena bulutangkis dunia.
Saat ini harus diterima bahwa Indonesia bukan lagi raja bulutangkis di kawasan. Meski beberapa nama dari Indonesia masih tercatat di papan atas persaingan dunia, tapi ketimpangan yang cukup lebar antar sektor membuat kekuatan Indonesia terus melemah.
Solusinya hanya satu. Yakni meningkatkan kualitas pembinaan dan latihan dengan menyadari bahwa persaingan bulutangkis dunia bergulir sangat cepat dan semakin dinamis.
Banyak negara saat ini telah berhasil mencetak kemajuan signifikan di arena bulutangkis. Calon-calon juara baru telah lahir dari sejumlah negara yang dulu tidak diperhitungkan. Jangan sampai Indonesia hanya jadi pelengkap podium kedua atau ketiga.