Maka "tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak juara" berarti pula "tidak ada toleransi jika akhirnya tidak juara".
STY telah berusaha maksimal melatih, memperbaiki, dan meningkatkan level permainan pemain Timnas. Namun, timbul semacam kesadaran diri bahwa pekerjaanya bukan hanya dibatasi waktu, tapi juga dibayangi target-target yang teramat tinggi.
Bagi Indonesia yang sudah sangat lama tidak merasakan juara sepakbola, setiap pertandingan dan turnamen yang diikuti timnas selalu disertai mimpi sebagai juara. Bahkan, pertandingan di level ASEAN sekalipun yang notabene tidak terlalu dominan di Asia, gelar juara sangat penting bagi Indonesia.
Setelah beberapa tahun melatih Indonesia, STY tentu sudah memahami tingginya antusiasme, mimpi, dan harapan tersebut. Maka dari itu ia benar-benar bekerja sangat keras. Semua kelemahan pemain ia kupas lalu setahap demi setahap diperbaiki. Program latihan bagi pemain ia berikan dengan standar tinggi. Para asisten dan tenaga kepelatihan terbaik pun dibawanya dari Korea Selatan.
Namun, totalitas pelatih perlu diimbangi oleh totalitas para pemain di lapangan. Kerja keras pelatih juga pada akhirnya sering hanya diukur lewat hasil di lapangan.
Itulah yang harus diterima oleh STY. Kekalahan dalam laga semifinal Sea Games melawan Thailand pada Kamis (19/5/2022) kemarin bukan skor yang menjadi masalahnya. Melainkan mentalitas para pemain Indonesia yang belum cukup memadai untuk bertarung sebagai juara.
Usai kekalahan yang diwarnai hujan kartu merah tersebut STY menyampaikan rasa kecewanya pada sejumlah pemain. Ia menyebut beberapa pemainnya bersikap kurang ksatria.
Artinya, Indonesia kalah bukan karena lawannya yang terlalu tangguh. Namun, mentalitas yang buruk dari sejumlah pemain yang pada akhirnya menghancurkan permainan Indonesia.
Apapun itu, pernyataan STY tentang "Tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak juara" telah gagal diwujudkan. Tinggal menyisakan konsekuensi "Tidak ada toleransi jika akhirnya tidak juara".
Mungkinkah diam-diam STY sudah menyiapkan draft surat pengunduran diri? Jika iya, Â surat itu mungkin belum akan ditandatanganinya sampai laga pertaruhan gengsi dan harga diri melawan Malaysia demi sekeping perunggu.
Atau jika sedikit lebih lama, surat itu masih akan disimpannya hingga akhir kualifikasi Piala Asia yang akan bergulir Juni nanti. Seperti diketahui bersama Indonesia akan menghadapi lawan-lawan yang tak ringan. Sementara target tinggi kembali dibebankan pada STY untuk membawa Indonesia lolos ke Piala Asia 2023. Target yang tidak disertai lebih banyak alasan lagi jika gagal.