Di grup whatsapp beredar sejumlah potongan berita dengan judul dan narasi seolah masker tidak lagi diperlukan. Bahkan, seorang teman dengan antusias menambahkan komentar berisi ajakan untuk melepas masker segera.
Padahal, pelonggaran kewajiban penggunaan masker yang diumumkan presiden masih menekankan pentingnya masker. Pelonggaran masih terikat dengan syarat. Hanya pada kondisi yang relatif kecil risikonya kita boleh melepas masker. Yakni, di area terbuka yang tidak ramai.
Sedangkan dalam keramaian dan di tempat-tempat tertutup, masker masih perlu melekat. Orang-orang dengan risiko kesehatan tertentu, termasuk lansia, masih penting untuk membawa masker mereka. Demikian pula jika kita dalam kondisi kurang sehat, flu, atau sedang berada di kendaraan umum, masker masih dibutuhkan sebagai alat pelindung diri.
Namun, agaknya syarat dan kondisi yang masih mengharuskan penggunaan masker tersebut akan semakin diabaikan seiring pelonggaran masker di area terbuka. Banyak orang memilih untuk mengambil bagian kalimat "masker tidak diwajibkan lagi" sebagai alasan pembenar. Dibanding memahami kenyataan bahwa pandemi belum selesai dan statusnya belum dicabut.
Pelonggaran kewajiban penggunaan masker di area terbuka yang dimaknai secara tidak utuh berpotensi memunculkan perilaku dan kebijakan offiside lainnya. Opsi untuk tidak menggunakan masker di area terbuka akan dijadikan alasan untuk tidak menerapkan protokol kesehatan lainnya yang sebenarnya masih penting diterapkan.
Misalnya, cuci tangan akan dianggap tidak terlalu penting lagi sehingga fasilitas tempat cuci tangan di tempat-tempat publik akan dikurangi dan tidak lagi diurus. Westafel portabel yang kehabisan sabun atau air akan dibiarkan.
Ketentuan check in dengan memindai kode cepat Pedulilindungi akan semakin diremehkan. Begitu pula pemeriksaan suhu akan dilupakan. Ini sudah saya jumpai di sebuah kantor bank beberapa waktu lalu di mana kode cepat dan alat pengukur suhu di depan pintu hanya jadi pajangan. Banyak nasabah tetap leluasa masuk meski tidak memindai kode cepat dan tidak diukur suhunya.
Ketentuan jaga jarak juga tidak akan diperhitungkan. Ini sudah tampak dari beberapa acara massal seperti festival, konser, dan pengajian. Dan akan semakin tampak di tempat-tempat publik seperti pasar dan terminal.
Tempat-tempat ibadah pun akan semakin ramai dengan jamaah yang tidak bermasker. Meski tempat ibadah sebenarnya masih perlu menerapkan protokol kesehatan, tapi pelonggaran kewajiban masker di area terbuka akan dijadikan alasan atau pembenaran untuk melonggarkan aturan-aturan lainnya.
Apa mau dikata. Banyak orang memang ingin segera pandemi ini berakhir. Saya pun demikian. Berharap bisa lebih leluasa lagi seperti sebelum ada Covid-19.
Akan tetapi mari kita bersabar sedikit lagi. Menahan diri sedikit lebih lama lagi. Masker memang sudah boleh dilonggarkan, tapi bukan berarti aturan-aturan dan protokol kesehatan sudah tidak dibutuhkan. Belum saatnya kita bisa "ugal-ugalan" lagi seperti dulu.