Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Rupa-rupa Salat Idulfitri di Tengah Ladang Jagung

3 Mei 2022   19:37 Diperbarui: 4 Mei 2022   08:00 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Macet menuju lokasi salat Idulfitri (dok.pribadi).

Hujan yang turun pada malam takbiran menimbulkan kegalauan. Membuat banyak orang bimbang tentang lokasi salat Idulfitri. Bersyukur segera datang kabar baik lewat whatsapp. Setelah pengurus masjid meninjau kondisi tanah lapang pada malam itu, diputuskan salat Idulfitri tetap dilaksanakan sesuai rencana.

Maka, Senin pagi (2/5/2022) jalanan segera disesaki orang-orang yang datang dari berbagai arah. Termasuk dari kampung-kampung sebelah.

Melawan kabut dan embun, orang-orang antusias menyongsong salat Idulfitri. Padahal belum pukul 6 pagi, tapi ribuan pasang kaki sudah berbondong-bondong menuju ladang jagung di belakang SD. Tanah lapang yang menjadi lokasi salat Idulfitri ada di tengah ladang tersebut.

Macet menuju lokasi salat Idulfitri (dok.pribadi).
Macet menuju lokasi salat Idulfitri (dok.pribadi).

Sementara itu gang-gang di antara pemukiman, halaman SD dan di depan kantor desa menjadi tempat parkir sepeda motor dan mobil. Sedikit petugas pengatur lalu lintas harus mondar mandir mengimbau dan mengarahkan warga yang hendak salat Ied untuk segera menuju tanah lapang.

Imbauan tersebut wajar adanya. Sebab banyak warga yang berhenti lama di tengah jalan demi menghampiri penjual balon dan mainan anak. Akibatnya lalu lintas macet. 

Sejumlah kendaraan tak bisa menepi, sulit pula untuk maju bergerak. Apalagi beberapa penjual balon itu mengambil lokasi strategis di mulut jalan masuk ke tanah lapang. Sebuah upaya cerdik untuk menarik perhatian anak-anak.

Penjual balon menyerbu lokasi salat Idulfitri (dok.pribadi).
Penjual balon menyerbu lokasi salat Idulfitri (dok.pribadi).

Penjual balon dan mainan anak memang telah menjadi salah satu keistimewaan salat Idulfitri.  Terutama yang diselenggarakan di area-area publik. 

Para penjual balon dan mainan itu memanfaatkan momentum salat Ied untuk mengais rezeki. Aji mumpung setahun sekali, tak sedikit di antara mereka menaikkan harga.

Mereka percaya diri bahwa balon dan mainan yang mereka jajakan tetap akan laku meski dijual lebih mahal. Sebab saat lebaran biasanya orang tua sulit menolak permintaan anak-anaknya yang meminta mainan. 

Apalagi jika sang anak sudah mendapatkan salam tempel. Keinginan untuk membeli mainan beriringan dengan hasrat untuk jajan di minimarket.

Jamaah salat Idulfitri (dok. pribadi).
Jamaah salat Idulfitri (dok. pribadi).

Selain penjual balon, hal lain yang menarik dari salat Idulfitri di tanah lapang ialah tentang saf salat yang sering kacau.

Memang sebelum salat dimulai jamaah terlihat duduk rapi mengikuti tali dan patok yang dipasang sebagai pelurus saf. Namun, begitu salat Ied dimulai barulah masalah timbul. 

Sejumlah jamaah bergerak maju memenuhi saf di depan. Sedangkan jamaah lain yang terlanjur nyaman di posisinya tak melakukan hal yang sama. Akibatnya banyak saf yang "berlubang". Sering pula saf menjadi tidak lurus dan terpotong di sana-sini.

Duduk mendengarkan khotbah (dok.pribadi).
Duduk mendengarkan khotbah (dok.pribadi).
Kondisi itulah yang terjadi kemarin pagi. Banyaknya jamaah yang diperkirakan mencapai ribuan, tapi petugas yang terbatas membuat pengaturan saf salat kurang maksimal. 

Meski berulang kali pemberitahuan untuk mengatur dan meluruskan saf disampaikan lewat pengeras suara, beberapa jamaah tampak kurang memedulikannya.

Kemungkinan besar karena para jamaah pilih-pilih tempat. Sebab ada beberapa titik di tanah lapang yang memang lebih basah dan becek akibat guyuran hujan malam sebelumnya.  

Beberapa titik juga tidak rata sehingga kurang nyaman untuk menggelar alas sujud. Di sisi lain beberapa jamaah hanya membawa sajadah tanpa alas lain seperti karpet, plastik, atau tikar. Padahal, salat Ied di tanah lapang yang berumput idealnya membutuhkan alas tambahan agar sajadah tidak kotor.


Walau demikian hujan yang sempat turun agaknya menyadarkan banyak jamaah untuk tidak membawa koran bekas. Terlihat setelah salat Idulfitri hanya sedikit sekali sampah koran yang tercecer di atas rumput.

Soal protokol kesehatan juga lumayan. Lebih banyak jamaah yang menggunakan masker dibanding yang tidak. 

Petugas-petugas dari masjid yang menyelenggarakan salat Id juga terlihat menggunakan masker semuanya. Mungkin keteladanan petugas inilah yang turut membangun kesadaran warga untuk ikut menggunakan masker.

Selesai salat Idulfitri (dok.pribadi).
Selesai salat Idulfitri (dok.pribadi).

Bukan rahasia lagi jika di kampung-kampung, rendahnya keteladanan tokoh masyarakat termasuk pengurus masjid dan pegawai kelurahan turut mempengaruhi rendahnya kepatuhan warga dalam menerapkan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19. Sebaliknya, jika para tokoh tersebut mampu tampil memberikan teladan, maka warga pun akan mengikutinya.

Begitupun yang diperlihatkan khotib. Ia tetap menggunakan maskernya selama menyampaikan khotbah pagi itu.

Khotbahnya sendiri tidak terlalu panjang. Secara umum isinya berupa ungkapan syukur karena Idulfitri tahun ini bisa dirayakan lebih leluasa seiring melunaknya virus Covid-19. Juga berisi pesan agar jamaah melanjutkan kebaikan-kebaikan yang telah dilaksanakan sepanjang Ramadan.

Pulang membawa oleh-oleh balon (dok.pribadi).
Pulang membawa oleh-oleh balon (dok.pribadi).

Sekitar pukul 07.10 salat Idulfitri akhirnya selesai. Jamaah segera membubarkan diri. 

Namun, perjalanan pulang ternyata kembali tersendat seperti saat kedatangan. Salah satunya, lagi-lagi karena penjual balon  sedang dikerubungi pembeli. Lebaran memang punya keberkahan tersendiri.

Selamat Idulfitri. Mohon maaf lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun