Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Akhirnya, Tetap Ada Petai di Lebaran Kami Tahun Ini

1 Mei 2022   21:08 Diperbarui: 1 Mei 2022   21:15 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat yang dinanti pun tiba. Menjelang Idul fitri semua sudah berkumpul di rumah. Anak yang merantau telah kembali. Demikian pula yang umroh sudah pulang dengan sehat dua hari lebih awal.

Tiga kamar tidur kembali terisi penuh. Tikar dan kasur lantai pun siap digelar. Sebab dua orang cucu yang masih kecil pasti mendapat prioritas tidur di kamar. Itu sama artinya satu dua orang penghuni lainnya perlu tidur di lantai atau di kursi panjang.

Bukan masalah penting. Paling tidak saya sudah terbiasa tidur di depan TV. Apalagi kamar saya di bagian belakang kadang digunakan sebagai ruangan "transit" tempat barang-barang.

Sementara urusan tempat tidur sudah beres, urusan lain masih perlu dituntaskan. Salah satunya menyiapkan bingkisan lebaran untuk orang-orang terdekat.

Sudah menjadi kebiasaan keluarga kami sejak beberapa tahun silam melakukan ini setiap menjelang Idulfitri. Ibu yang menjadi inisiatornya. Lalu anak-anaknya turut membantu menyiapkan dan menyediakan isi bingkisannya. Tidak ada ketentuan khusus. Setiap anak bisa menyumbang apa pun.

Maka dari itu sejak jauh hari saya sudah memesan minyak goreng untuk dikirimkan ke orang tua. Stok masker dan hand sanitizer yang masih tersedia jadi tambahan.

Sementara ibu berbelanja sirup dan gula, kakak menyediakan kue dan roti. Sedangkan urusan salam tempel menjadi tanggung jawab adik. Sebab ia yang bekerja di bank pulang membawa lembaran-lembaran uang baru. Ini pula yang jadi salah satu keuntungan kami setiap menjelang lebaran. Tak perlu kami menukarkan uang baru di bank. Cukup memesannya kepada adik.

Selanjutnya urusan mengemas menjadi tugas saya. Tidak sulit sebab tinggal memasukkan kaleng roti dan lain sebagainya ke dalam kantong-kantong plastik.

Saat semuanya telah dikemas, tanggung jawab kembali diambil oleh ibu. Mula-mula ia akan menghubungi beberapa tetangga terdekat dan mantan tetangga di rumah dulu. Biasanya tak lama kemudian mereka akan datang ke rumah untuk mengambil sendiri bingkisan tersebut. Jika kebetulan ada yang tidak bisa datang, kami yang akan mengantarnya.

Bingkisan lebaran juga diperuntukkan bagi asisten dan mantan asisten rumah tangga. Mereka juga akan datang ke rumah menjelang lebaran. Ini salah satu momen menarik bagi saya. Sebab saya jadi tahu siapa saja yang pernah bekerja membantu ibu di rumah dari pagi hingga sore. Apalagi ibu sudah beberapa kali mengganti asisten rumah tangga dan sebagian di antaranya tak sempat saya kenal.

Khusus asisten rumah tangga yang sekarang masih bekerja, saya sudah mengenalnya. Sebab ia sudah sekitar 3 tahun membantu ibu. Meski dalam seminggu hanya 3 hari ia datang untuk bekerja dari pagi sampai sore, tapi bantuannya lumayan berarti bagi kami.

Oleh karena itu, ibu selalu mengingat asisten dan mantan asisten rumah tangga yang pernah membantunya. Kepada mereka ibu menyempatkan membagi sembako menjelang Idulfitri. Menariknya lagi, kadang ada mantan asisten rumah tangga yang datang dengan membawa sayuran seperti kangkung, kacang panjang, dan wortel untuk kami di rumah. Kami pun menerimanya dengan senang. Apalagi saya yang menyukai pecel.

Selain kepada tetangga terdekat dan orang-orang yang sering membantu pekerjaan rumah tangga, bingkisan lebaran juga diperuntukkan bagi mereka yang kerap dimintai pertolongan untuk membersihkan halaman, mengecat dinding, serta memperbaiki kabel dan saluran pembuangan air hujan. Kurir yang sering mengantarkan paket belanja online juga termasuk di antaranya.

Tidak ada maksud khusus selain berusaha membagi kebahagiaan lebaran kepada mereka. Sebab mereka selama ini telah memudahkan sebagian kebutuhan kami. Berkat bantuan mereka urusan kami menjadi lebih mudah.

Selesai menyiapkan dan membagikan bingkisan lebaran, kesibukan beralih ke dapur. Untuk yang satu ini komando ada di tangan ibu. Anak-anaknya hanya bertugas membantu. Saya yang kurang suka opor ayam, akan tetap senang hati menjadi asisten dapur untuk memasak opor. Sebab dua cucu di keluarga kami merupakan penggemar berat opor.

Ceritanya sedikit berbeda saat giliran menyiapkan hidangan berikutnya. Permintaan-permintaan khusus seringkali berbuah kompromi. Misalnya, saat kakak dan ibu ingin memasak ikan, tapi saya sama sekali tidak makan ikan air tawar. Kalau sudah begini kompromi yang sering ditempuh ialah memasak daging sapi yang bisa diterima oleh lidah kami semua.

Begitu pula saat akan memasak sambal goreng kentang dan orek tempe. Di antara kami ada yang suka petai, ada pula yang benci.

Sebagai penyuka petai sudah pasti saya menghendaki ada petai di dalam olahan kentang dan tempe yang hendak dibuat. Tidak lengkap rasanya berlebaran dengan sambal goreng kentang tanpa ada petai di dalamnya. Meski petai bukan termasuk bumbu, tapi masakan yang dibubuhi petai kenikmatannya akan melonjak.


Oleh karena itu, pagi harinya saya sengaja membeli petai dari pedagang sayur keliling yang melintas di depan rumah. Kepada ibu saya lebih dulu menanyakan bocoran harganya.

Lalu saya putuskan membeli dua papan petai. Namun, saat saya menyodorkan selembar uang Rp20.000, sang penjual dengan halus menyebutkan kalau pembayarannya kurang Rp10.000. Saya pun buru-buru kembali ke rumah untuk mengambil dompet. Dua papan petai akhirnya bisa saya bawa pulang.

Di rumah saya memberi tahu ibu kalau harga petai bukan Rp8000, tapi Rp15.000 per papan. Meski kaget dan heran, ibu  memakluminya. Mungkin karena permintaan petai sedang tinggi menjelang lebaran sehingga harganya melonjak hampir dua kali lipat.

Saya pun  tak mempermasalahkan. Yang penting keinginan saya terpenuhi. Kami sepakat memasak sambal goreng kentang dengan petai. Tapi tidak dengan orek tempe. Sebuah kompromi dan jalan tengah yang adil.

Selamat Idulfitri. Mohon maaf lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun