"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan" (QS. Al Qadar: 3).
Malam ini masjid kembali ramai. Barisan saf salat isya dan tarawih rapat seperti hari-hari pertama Ramadan. Dari depan hingga belakang terisi oleh jamaah.
Ramainya masjid di penghujung Ramadan telah menjadi pemandangan rutin tiap tahun. Tak hanya salat berjamaah, banyak di antara jamaah juga memutuskan untuk tetap berada masjid seusai sembahyang.
Bukan untuk menumpang tidur, melainkan guna menjalankan iktikaf. Yakni, berdiam di masjid sambil memperbanyak ibadah sepanjang malam dengan membaca Alquran, berdoa, berzikir, salat malam, dan sebagainya. Juga merenung dan bermuhasabah.
Maka pada hari-hari terakhir Ramadan masjid-masjid pun menjadi lebih hidup suasananya. Banyak masjid memfasilitasi kegiatan iktikaf. Salah satunya dengan menyediakan  hidangan makan sahur. Sebab iktikaf biasanya dilakukan hingga sepertiga malam dan subuh.
Iktikaf memang dianjurkan untuk dilaksanakan pada 10 hari terakhir Ramadan. Itu dimaksudkan agar umat muslim berkesempatan menggapai Lailatul Qadar. Yakni, satu malam yang sangat istimewa pada bulan Ramadan. Malam yang dijanjikan dalam Surat Al Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Jika dikonversikan ke dalam bilangan tahun masa hidup manusia modern saat ini, seribu bulan itu setara dengan "83 tahun 4 bulan".
Amat banyak berkah yang bisa didapatkan oleh seorang muslim jika menjumpai Lailatul Qadar. Salah satunya ialah diampuni semua dosa yang telah lalu, diterima amalannya, dan dijauhkan dari siksa neraka.
Selain itu ganjaran pahala dari amal dan ibadahnya akan dilipatgandakan senilai kelipatan pahala Ramadan dikalikan 83 tahun. Itu sebabnya banyak orang yang mengisi malam-malam pada sepertiga akhir Ramadan dengan membaca Alquran. Sebab setiap huruf yang dibaca memiliki pahala. Lalu dikalikan dengan nilai pahala Ramadan dan dilipatgandakan lagi dengan hitungan 83 tahun.
Demikian pula amalan dan ibadah-ibadah lain seperti salat malam dan berzikir. Semua berlipat pahalanya.